Lompat ke isi

Halaman:Seni Patung Batak dan Nias.pdf/178

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Patung-patung yang sifatnya sakral baik patung yang dipahat melalui media batu atau kayu, di muka telah kami kemukakan bah­wa patung-patung itu sudah banyak yang dimusnahkan, justru pa­tung-patung bertentangan dengan ajaran agama yang mereka anut seperti ajaran agama Islam dan Kristen.

Kefanatikan akan ajaran agama itu, membuat sejarah baru akan perkembangan seni patung Nias. Jelasnya seni patung meng­alami kemerosotan total. Di lain hal banyak senimannya mengun­durkan diri dari dunianya sebagai seorang pemahat, ia takut kalau dituduh kafir. Gelar-gelar kehormatan yang dahulu diterimanya pupus sama sekali dan akhirnya kejayaan seni patung Nias itu kini tinggal nostalgianya saja.

Hal yang sama juga terjadi pada pandai rumah sebab mereka juga turut terlibat dalam ukiran yang difungsikan sebagai alat pe­mujaan oleh nenek moyangnya.

Kalaupun seni patung Nias pada akhir-akhir ini banyak ber­munculan kebanyakan dipahat oleh orang lain (bukan suku Nias). Senimannya yang terkenal banyak memproduksi patung-patung Nias belakangan ini, adalah Pokih Barus berasal dari daerah Karo.

Berbicara masalah fungsi dan kedudukan patung Nias jelas bah­wa seniman itu tidak banyak mengetahui jika dibandingkan dengan asli seniman daerah itu sendiri.

Hal inilah yang menyebabkan kesukaran bagi penulis untuk mengungkapkan secara menyeluruh tentang fungsi dan makna yang terkandung pada seni patung Nias, selain dari pada tiu orang-orang yang dipandang banyak mengetahui tentang latar belakang sejarah patung Nias itu (informan) kebanyakan mereka tutup mulut untuk memberi penjelasan secara terperinci dan mendetail, sedang menu­rut hemat kami masih banyak yang perlu dikemukakan terutama pa­tung-patung yang erat hubungannya dengan masalah kehidupan ritual nenek moyang pada zamannya.

Di lain hal senimannya untuk kembali membuat tidak menampakkan kegairahan untuk kembali membuat patung tradisonal/kerakyatan, tetapi me­reka lebih menyenangi menyenangi menjadi petani atau sebagai nelayan.

Menurut informan yang kami hubungi, Herambowo Tafonao, salah seorang seniman yang dikenal hanyak membuat patung dup­likat nenek moyang suku Nias zaman dahulu mengatakan: sejak ber-

169