92
TJERITA ROMAN
djiwa! Baroelah masjarakat kita bisa tertoeloeng, kerna kita bisa timpalin pengaroeh dari itoe tenaga-tenaga meroesak!"
Saben kloear Tiong-gie belon pernah tida membekel revolver dan blati. Djangan bikin tjoema pasilan-pasilan masjarakat sadja jang brani keproek kepala, tapi satoe penoeloeng masjarakat poen koedoe brani temboesin kepalanja pengroesak masjarakat dengen . . . . . . . . . . bidji blindjo kering! Demikianlah andjoerannja Tiong-gie.
Pergaoelan hidoep di itoe kota djadi gemper koetika tersiar itoe warta bahoea Tiong-gie djadi korban dari penjerangan gelap.
Dalem keada'an pangsan dan mandi darah Tiong-gie telah dibawa ka Yang Seng le.
Sampe sekean djam Tiong-gie tida inget diri. Kemoedian, setelah ia tersedar dan melekin matanja, iapoenja kepala soedah terboengkoes tebel oleh kapoek dan kaen verband. Ia memandeng sekiternja, mendadak ia pentang matanja dan memandeng dengen tida terkesip kepada verpleegster jang lagi bersembahjang setjara Kristen di samping randjangnja, ia awasin dengen teliti, kemoedian berkata: „Gwat . . . . . . . . . .?”
„'Nko Tiong-gie . . . . . . . . . .” " katanja itoe verpleegster, jang ternjata betoel ada Gwat-iem sendiri. „Tenanglah, Allah berkahken kaoe . . . . . . . . . .”
„Gwat, kaoe bekerdja di sini? Sedari kapan?”