Lompat ke isi

Halaman:Gerakan wanita di dunia.pdf/119

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Tentu wanita kampung tak dapat dilepaskan dari kebiasaan-kebiasaan jang tertulis diatas. Hidup bantu-membantu, tolong-menolong bila ada kesusahan, nampak masih berlaku dikalangan wanita kampung. Tetapi dalam hidupnja sehari-hari, dia memakai alat-alat dikota. Ketjerdasan wanita kampung umumnja boleh dikatakan sedjadjar dengan kota.

Ini mudah diterangkan, karena anak-anak kampung dengan mudah dapat mengundjungi sekolah-sekolah dikota, disebabkan letak (djarak) kampung dan kota jang tidak sangat berdjauhan itu.

Lebih-lebih dizaman sekarang, dimasa setelah penjerahan kedaulatan, maka perguruan-perguruan dikota penuh dibandjiri oleh anak-anak dari kampung sekitarnja. Kalau dizaman Hindia-Belanda ada sekolah-ningrat dan sebagainja, maka hal-hal demikian itu telah lenjap.

Karena itu pulalah, dimasa-masa jang belakangan ini, boleh dikatakan, bahwa dalam ketjerdasan maka wanita kampung dan kota adalah sama.

Bagi wanita Indonesia diluar tanah Djawa, tahun 1918 membawa kebahagiaan kepadanja. Mulai tahun itulah gadis-gadis kita di Sumatera mulai mengundjungi sekolah-sekolah Normaal dan Kweekschool untuk guru-guru. Didikan untuk mendjadi djuru-rawat wanita pada tahun tsb. pun dimulai. Permulaan di Semarang, menjusul Surabaja dan Djakarta. Dan peladjaran-peladjaran ini bukan hanja dikundjungi oleh anak-anak gadis jang tinggal di kota, bahkan djuga jang diam di kampung.

Wanita kota

Keadaan kota berlainan dengan kampung atau desa. Ada sekolah-sekolah tinggi, ada gedong-gedong museum, bibliothik dan.... masih banjak lagi, untuk periang dan peluas pemandangannja, djika ditulis satu demi satu.

101