Lompat ke isi

Halaman:Citra Manusia Dalam Puisi Indonesia Modern 1920-1960.pdf/32

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Akulah yang telah berperi,
Tentang kerinduan akan penyelesaian yang tamat,
Dari manusia, dari dunia dan dari Tuhan.

(Mantera, 1975)

Dalam sajak "Pengakuan" Asnil Sani itu terbayang citra manusia yang religius, yang selalu mencari Tuhannya dalam kegalauan dunia dan yang hanya dapat menemukan keteduhan diri dalam bayangan-Nya. Kerinduan yang senada terangkap pula dalam sajak "Malam Natal", karya Djamil Suherman. Dalam sajak ini si aku lirik mengharapkan limpahan kasih, 'Tuhan, bangkitkan malam ini cahaya kudus dalam/dada kami':

Tuhan, berilah saksi atas cedera yang menapuk wajahnya
berilah saksi atas keangkatannya ke kerajaan langit
almasih penggembala putih
lemparkan kembali dakwa manusia atas bayi suci

Tiada pengharapan umat merindukan lagu zaman
tentang keabadian dan belaian kasih sayang
tepekur kembali muka-muka muram menghadap langit
ah Tuhan, bicaralah kepada kami

Gemercik irama tangis dalam deraian cemara natal
ia mendaki sorga gemercik air mata dan himhanan damba
ah Tuhan, bicaralah kepada kami

(Nafiri, 1983)

Pada malam natal itu si aku lirik mengharapkan kasih Tuhan turun ke bumi, meneguhkan kembali iman mereka yang ragu: 'Tuhan, bangkitkan iman kami yang redup oleh luka/kepada kepatahan salib'. Harapan dan kerinduan itulah yang menyebabkan 'gemercik air mata' dalam 'himbauan doa'. Dalam sajak ini tergambar citra manusia yang religius dalam ketakwaan.

2.4 Citra Manusia yang Mempertanyakan Kekuasaan Tuhan

Manusia yang meragukan kerahmanan dan kekuasaan Tuhan akan selalu terjadi dalam sejarah umat manusia. Makin tipis keimanan orang terhadap Tuhan akan makin kuat keraguan seseorang itu terhadap kerahmanan dan kekuasaan

Manusia dan Tuhan

23