Lompat ke isi

Halaman:Cerita Rakyat Daerah Irian Jaya.pdf/76

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

16.TIMBUNAN BATU DI NAPDORI

(KARUI SAFSOFER BERO NAPDORI)


Ceritera ini mengisahkan suatu peristiwa yang konon terjadi di kampung Napdori di daerah Biak Barat. Dahulu pernah ada seekor naga yang berdiam di sekitar kampung Napdori. Ular naga pernah menyerang kampung itu menimbulkan korban jiwa dan harta benda. Penduduk kampung yang makin panik itu berusaha dengan berbagai cara untuk menghindarkan diri mereka dari ancaman si ular naga yang sewaktu-waktu dapat merenggut nyawa mereka. Secara bertahap penduduk menyingkir dan akhirnya kampung itu kosong tidak berpenduduk. Hanya ada 3 orang anak piatu, dua orang anak laki-laki dan satu perempuan, mereka tidak mempunyai kerabat yang mau menolong mereka, yang mau membawa mereka keluar dari kampung yang ngeri itu. Tinggal mereka bertiga didalam kampung yang sepi itu.

Mereka tiga itu tidak memikirkan lagi untuk berusaha menyingkir dari kampung itu, mereka tinggal dengan tenang menghadapi kenyataan yang cukup tegang itu. Mereka sama sekali tidak memikirkan cara menyelamatkan diri malahan mereka asyik memikirkan cara untuk memusnahkan ular naga yang kejam itu.

Lalu kedua anak laki-laki itu menemukan akal mereka utk. mengakhiri riwayat si ular naga. Keduanya mulai mengumpul kayu, kayu api, batu-batu dan air. Setelah banyak yang terkumpul keduanya membangun para-para yang berlantai tujuh, dan sewaktu ular naga itu mulai menyerang mereka pada lantai pertama paling bawah dimana telah disiapkan perapian yang telah lama dinyalakan dengan batu-batu yang cukup panas, mereka berdua melepaskan tali-tali pengikat lantai para-para dan semua isi tungkuh perapian itu berguguran jatuh kedalam mulut dan keatas badan ular naga itu. Kemudian mereka berdua naik ke lantai kedua dan berbuat yang sama sampai kepada tingkat ke tujuh. Sang ular naga yang sudah dikenai hujan api, batu panas dan air panas itu sudah merasa tidak berdaya lagi untuk menghabiskan nyawa dari kedua lawannya itu. Namun dia masih mau berusaha dengan tenaganya yang sisa itu untuk sedapat mungkin menghabiskan riwayat dari kedua musuhnya yang sebenarnya tidak pantas berperang dengan dia. Ular naga itu mengangkat badannya dan menegakkan kepala dalam sikap hendak menyambar mangsa dengan tujuan menghan-

60