Lompat ke isi

Halaman:Cerita Rakyat Daerah Irian Jaya.pdf/40

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

kita akan melihat tempat persembunyian binatang tersebut. Aku ingatkan bahwa Viton dan Mansi harus selalu siap siaga menjaga kemungkinan binatang tersebut menerkam. Apabila kami sudah sampai ditempat dimanaMatiruwu tinggal kamu berdua tidak boleh berpisah. Saya akan mengetuk pohon-pohon disekeliling tempat persembunyian Matiruwu. Bila pohon itu telah kuketuk kamu berdua harus segera siap dengan senjata yang ada. Bidiklah secara kilat, cepat dan tepat sehingga Matiruwu tidak ada kesempatan untuk menerjang kalian.

Binatang tersebut tidak perlu diberi ampun sebab telah banyak orang-orang yang mati menjadi mangsanya. Nah sekarang beristirahatlah”. Keesokan harinya Yafda beserta kedua anaknya mulai masuk hutan menuju ketempat persembunyian binatang yang aneh ini. Yafda mulai memberikan isyarat bahwa tempat persembunyian Matiruwu sudah kelihatan, dengan penuh waspada mereka mendekat dan Yafda mengetuk pohon yang ada disekitar tempat persembunyian,. Matiruwu mulai mengeram dan keluar dari tempat persembunyian. Kesempatan yang paling bagus ini segera digunakan oleh Viton dan Mansi. Matiruwu diserbu panah dan tombak tanpa diberi kesempatan untuk melawan.

Matiruwujatuh terkulai dengan nafas yang tinggal satu-satu. Sebelum binatang tersebut mati mengeluarkan suara keras memanggil Yafda katanya: ”Yafda ... Yafda, sebelum saya mati sampaikan kepada anak-anakmu , ambillah tulang-tulangku ini untuk tiang rumah dan bulu-bulu badanku pakailah sebagai atap rumah”. Yafda melakukan sebagaimana pesan Matiruwu. Viton dan Mansi mengerjakan apa yang dipesan oleh, Matiruwu. Beberapa tahun kemudian melalui para nelayan yang kebetulan singgah dipulau Anus mendapatkan suatu berita bahwa Matiruwu telah mati. Kematian Matiiruwu membuat kejutan bagi orang-orang yang telah mengetahui sejarah pulau Anus. Sekelompok orang-orang tuapun masih ingat samar-samar wajah dari Yafda. Sejak kematian Matiriwu pulau Anus mulai dihuni oleh orang-orang seperti sediakala. Rumah yang dibuat dari tulang dan bulu Matiruwu sampai bertahun-tahun lamanya dianggap sebagai rumah keramat. Suatu ketika Viton dan Mansi bertengkar, pertengkaran tersebut mengakibatkan bahwa kedua bersaudara tersebut harus berpisah. Mansi menuju kedaerah Pulau Anus bagian barat. Sampai saat sekarang sebagian besar penduduk dipulau Anus menganggap bahwa nenek moyang mereka adalah Viton, Mansi dan Yafda.

Demikian ceritera Matiruwu dan Yafda dari pulau Anus daerah Sarmi kabupaten Jayapura.

======

24