— 457 —
- „Tida lagi."
- „Tida ada lagi daja-oepaja ijang boleh dipergoenaken."
- „Tida."
- „Kaloe, begitoe, lagi setengah djam sadja nama kita nanti djadi djelek."
- „Darahkoe sadja boleh anjoetken segala perkara djelek."
- „Bener sekali, ajahkoe! saja mengarti betoel maksoedmoe." Habis bilang begitoe. Maximiliaan mengambil satoe dari antara doewa pistool itoe ijang ada di medja, sambil berkata poela:
„Ini ada satoe boewat ajahkoe dan satoe lagi boewat saja."
„Ja," kata si ajah: „tapi iboemoe.... dan soedaramoe... siapatah nanti ijang peliharaken?"
Maximiliaan merasa seperti diïris di oeloe-hatinja. Kemoedian ija berkata: „Apa ajahkoe hendak bilang, ijang saja ini misti tinggal hidoep?"
„Ja, akoe bilang itoe padamoe," sahoet Morrel: „kerna itoelah ada kawadjibanmoe. Kaoe ini ada poenja hati tetap dan koewat. Maximiliaan! .... Maximiliaan, kaoe ini boekan seperti orang banjak: akoe tida maoe membri perintah padamoe, akoe tida maoe tentoeken apa ijang kaoe misti berboewat, hanja akoe maoe berkata sadja padamoe: Pandanglah kaädaän kita-orang seperti boekan kaoe poenja perkara dan biarlah kaoe berpikir baik-baik."
Maximiliaan berpikir sekoetika lamanja sambil bertoendoek, selakoe orang ijang tida maoe membantah lagi; tapi dengen perlahan ija lotjotken dari poendak badjoenja sekalian pertandaän dari ija poenja pangkat di dalem balatantara. Kemoedian ija berkata sambil memegang pada tangan ajahnja:
„Baik! - berangkatlah dengen senang, ajahkoe! saja tida