Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat
berseberangan meja dengan papan catur di atasnya
kau menatap jendela dan aku menghitung
lubang anginnya
tak perlu air mata walau senja
kecuali gerimis
episode lima
: air kembali ke laut, angin kembali ke badai
saat daun menatap tampuknya, bunga pun layu
runduk ke tanah. dan burung-burung mencabut bulu
di sayapnya, gugur di petak-petak
buah catur punya gerak lebih kuat dari tindak
sebab pikirnya satu dan sombong dengan waktu
kecuali situasi, beradat hidup atau mati. Perhitungan maut
yang tak memperhitungkan tepi, menandai usianya sendiri
kulihat benteng kulihat raja, kulihat menteri kulihat bidak
kulihat gajah kulihat kuda, tersentak di pctax-petak
papan catur yang menentukan partai
di garis permainan akhir, terkait dari
petak-petak yang terangkai rapi: sampai jua
kulihat benteng kulihat raja
kulihat bidak kulihat menteri
kulihat gajah kulihat kuda
beriring menuju sepi
tinggal petak-petak
semakin berjarak
(1984-1985-1986)
151