Thesis/Bab2

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

Beberapa persoalan yang terpenting yang mengenai dunia luar umumnya dalam garis besarnya tentulah pula mengenai Indonesia. Indonesia tiadalah bisa lepas dari pada persoalan yang berhubungan dengan pertentangan sosialisme dengan kapitalisme, pertentangan si Penjajah (the haves) dan Yang-Ingin-Menjajah (the haves not), pertentangan si Penjajah dan si Terjajah, serta akhirnya pertanyaan "Hari Depannya" UNO. Tetapi beberapa persamaan dunia Indonesia dengan dunia luar itu tiadalah boleh menyesatkan kita ke daerah cara berpikir yang sering disebut dengan cara "mekanis", ialah cara jalannya mesin yang tak berotak itu. Karena persoalan ini atau itu dipecahkan di luar Indonesia dengan hasil demikian, maka persoalan itu mesti dipecahkan di Indonesia dengan hasil serupa itu pula, dengan tiada mengindahkan beberapa perbedaan. Yang terpenting ialah membentuk persoalan itu di Indonesia ini (het stellen van het probleem) dan cara (metode) yang dipakai buat memecahkan persoalan itu. Bukanlah hasil pemecahan itu yang terpenting. Tidak saja persamaan dalam garis besarnya yang mesti diperhatikan, tetapi juga beberapa perbedaan, walaupun kecil rupanya. Tiadalah boleh dilupakan, bahwa beberapa perbedaan kecil itu kalau dikumpulkan bisa menjadi perbedaan besar (kuantitas menjadi kualitas, perbedaan banyak bertukar menjadi perbedaan sifat). Buat membentuk persoalan dan memecahkan persoalan itu di Indonesia ini perlulah pula kemerdekaan berpikir dan keberanian. Keberanian dan kemerdekaan berpikir dalam hal membentuk persoalan dan memecahkan persoalan itulah yang membawa Lenin kepada sistem baru kepada hasil perhitungan dalam hal organisasi dan taktik strategi. Kalau Lenin meng-aminkan saja apa yang dimajukan oleh Karl Kautsky, pendeta Internasional II, dalam hal taktik strategi, dan menghapalkan saja pendapat Kautsky & Co di Eropa Barat dengan tiada memperhatikan perbedaan Rusia dengan Eropa Barat, maka Rusia tak akan sampai meningkat ke masa Diktator Proletariat, ke Rencana 5 tahun, pertanian kolektif, dll. Lenin dan para kawannya tak akan bisa lebih jauh berpikir dan bertindak dari kaum Mensheviki atau Sosial-Revolusioner. Dengan memakai cara berpikir Dialektis Materialisme dan memperhatikan dasar komunisme dalam garis besarnya, mungkin sekali Indonesia akan mendapatkan sistem yang berlain rupa dengan Negara Luar, meskipun tiada berlainan sifat, ialah dalam hal Organisasi, Taktik dan Strategi.

Bagaimanapun juga karena banyak persamaan tadi dengan Dunia Luar, seperti tersebut pada permulaan fasal in, maka uraian yang bersangkutan boleh diperpendek saja.