Muslihat/Bab3

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

SI PACUL : Organisasi juga kita sebut susunan, bukan? Apa bentuknya organisasi kita itu dan apa isinya, Dam?

SI GODAM : Kita sekarang dalam masa perperangan yang tidak dipermaklumkan! Tetapi tetap peperangan tulen, peperangan modern. Jadi bentuk yang cocok dengan keadaan ialah “Organisasi Rakyat Berjuang”. Isi susunan kita ialah “tuntutan perjuangan” kita pertama: MERDEKA 100%. Terus sesudah merdeka 100% mendirikan masyarakat sosialistis berdasarkan industri berat nasional.

SI TOKE : Jadi dua tingkat itu mesti dipisahkan? Dalam tingkat pertama, seperti sekarang berada dalam perjuangan merebut MERDEKA 100 % begitukah?

SI GODAM : Benar, mesti dipisahkan, tetapi tak bisa diceraikan. Apa yang dimaksudkan pada tingkat kedua itu, sebagiannya sudah boleh malah mesti dijalankan pada tingkat pertama.

SI PACUL : Apakah Organisasi Rakyat Berjuang menghadapi tiga negara itu, sesudah maksud kita tercapai akan terus berdiri, atau akan ditukar dengan susunan lain?

SI GODAM : Cul, jauh benar perginya pertanyaanmu itu. Boleh kujawab bahwa dalam tingkat berjuang buat MERDEKA 100% itu “seluruh” Rakyat Pemberontak patut disusun dalam satu “KALANGAN” (platform). Dalam masa MERDEKA 100% boleh jadi tak semua anggota patut mau atau bisa dalam Organisasi Rakyat Berjuang tadi. Barangkali, bahkan mestinya ada anggota yang tak cocok sama sosialisme, atau tak cukup kuat iman buat mendirikan Industri Berat Nasional. Dalam hal itu, kalau perlu dan tak merugikan Indonesia Merdeka, biarlah sebagian itu keluar dari Organisasi Rakyat Berjuang dan mendirikan partai baru. Tetapi begitu perkara nanti. Saya pikir dalam pancaroba sekarang dan sepuluh tahun atau lebih sesudah Indonesia Merdeka 100%, maka paling baik kalau di Indonesia cuma ada satu “Partai Murba” saja. Putusan bisa lekas diambil dan kesalahan bisa lekas diperbaiki, percekcokan satu partai dengan partai lain seperti dalam negara berparlemen bisa dihindarkan. Semakin kurang percekcokan, semakin lekas mengambil keputusan dan semakin cepat menjalankan suatu putusan dan memperbaiki sesuatu kesalahan, semakin lekas sampainya Indonesia Merdeka ke zaman KEAMANAN. Seperti sudah saya bilang di tempat lain, “Keamanan” itu baru mungkin ada sesudah Indonesia Merdeka memiliki dan menyelenggarakan sendiri Industri Berat Nasional.

SI PACUL : Terlampau panjang kau bicara ini kali, Dam. Tunggu dulu! Kuulang sekali lagi.

SI TOKE : Ya, ulang lagi, Cul. Aku juga bingung!

SI PACUL : Pertama sekali rupanya Dam, masa (periode) perjuangan kita kau bagi dalam dua tingkat besar! Pertama menuju ke arah MERDEKA 100%. Kedua menuju ke arah keamanan, ialah ber-Industri Berat Nasional.

SI GODAM : Benar, Cul itu sudah kusebut lebih dahulu! Mendirikan Industri Berat Nasioal itu masih kuhitung sama berjuang.

SI PACUL : Memang sudah kau sebut Dam. Tetapi perlu diulangi lagi buat titik melompat. Jadi Dam, kedua engkau bedakan pula arti “Kalangan” dan Partai. Rupanya “Kalangan” itu ialah medan perjuangan beberapa golongan masyarakat yang dalam arti khusus mempunyai berlain-lain hasrat, tetapi dalam arti umum mempunyai satu hasrat saja, ialah Indonesia Merdeka 100%.

SI GODAM : Seperti biasa engkau jitu Cul! Boleh juga dibilang engkau itu ahli mamah! Gampang sekali engkau mengartikan dan melaksanakan sesuatu paham.

SI PACUL : Lu, Dam! Aku bukannya lembu atau kambing Dam! Buat meneruskan golongan tadi, bukanlah Denmas masuk golongan Ningrat? Sekarang Denmas ingin Merdeka 100%, tetapi sesudah Merdeka 100% itu bukanlah Denmas mengidamkan suatu “Kerajaan”?

DENMAS : Jangan begitu Cul! Aku juga akan menyokong pemerintah proletar! Malah aku akan ikhlas memulangkan semua tanahku kepada proletar tanah.

SI PACUL : Kupegang perkataan itu Denmas! Aku tahu engkau jujur. Tetapi bagaimana golonganmu, golongan ningrat umumnya? Kuteruskan pula! Mr.Apal tentu keberatan atas konfiskasi (penyitaan) Perusahaan Bangsa Asing yang sudah memerangi kita yang membunuh perempuan dan anak-anak kita yang tak berdosa itu?

MR. APAL : Asal jangan membahayakan kedudukan kita sebagai negara merdeka, akupun tak keberatan menyita perusahaan asing yang ceroboh memerangi rakyat Indonesia!

SI PACUL : Kupegang pula perkataan itu, Mr. Apal. Kuharap semua golongan tuan akan menyetujui politik sitaan itu. Walaupun begitu, bukanlah mungkin banyak di antara kaum cerdas (intelek) dan borjuis umumnya yang ngeri menghadapi politik “sitaan” itu?

MR. APAL : M u n g k i n !

SI PACUL : Toke, sekarang buat engkau! Bukankah ada di antara golongan tengah yang tak akan cocok dengan diktator proletar? Artinya itu kalau perlu kaum proletar mesin dan tanah sementara tempo mengadakan pemerintahan berdasarkan “kediktatoran” dari kelas proletar mesin dan tanah. Saya bilang kalau perlu.

SI TOKE : Kalau buat saya Cul, apa saja pemerintahan kuterima. Asal cocok dengan keamauan golongan rakyat yang bertambah dalam negeri dan bisa membawa kita ke arah Merdeka 100% dan Indonesia Merdeka ber-Industri Berat Nasional.

SI PACUL : Percaya aku akan perkataanmu, Kek! Tetapi tak semua golongan kaum tengah berpaham seperti kau. Mungkin banyak yang tak setuju dengan pahammu itu.

SI TOKE : M u n g k i n !

SI PACUL : Mungkin juga setelahnya Indonesia Merdeka 100%, engkau Kek, malah bersama Mr. Apal dan Denmas, tak mengucapkan merdeka lagi kepadaku dan kepada Godam... dan terus jalan perpisahan atau..... (Denmas, Mr. Apal, Toke serentak memprotes!).

SI GODAM : Cul, gara-garamu itu baik jangan diteruskan. Bisa mendatangkan salah paham. Kembalilah kau pada pembicaraan bermula.

SI PACUL : Aku tahu Toke, Denmas, dan Mr. Apal orang jujur. Sebab itu pula kuberani bergara-gara. Pendeknya dengan mereka seperti yang hadir sekaranglah kita membikin satu Kalangan. Jadi Kalangan itu mengikat golongan ningrat, borjuis proletar mesin dan tanah yang berhasrat Indonesia Merdeka 100%. Bukanlah begitu maksudmu, Dam? Hasrat “Kalangan” ini ialah HASRAT PERSAMAAN di antara beberapa golongan rakyat. Berbeda dengan hasratnya satu partai yang biasanya mengenai hasratnya satu golongan saja. Saya bilang biasanya, umpamanya kelas proletar saja atau kelas borjuis saja. Bukan begitu, Dam?

SI GODAM : Tepat, Cul, benar pak!

SI TOKE : Jadi kita perlu satu “Kalangan” di masa berperang ini dan “mungkin” memakai satu partai saja di zaman pembangunan Industri Berat Nasional.

SI PACUL : Sekarang bagi kita yang berada dalam peperangan melawan tiga negara ini (2 Desember 1945), seandainya “sudah mempunyai satu Kalangan Rakyat Berjuang”, apalagi yang penting, Dam?

SI GODAM : Yang paling penting tentulah kontak, yakni ikatan erat di antara kalangan tadi dengan Rakyat Murba. Kalau ikatan itu tak ada atau kalau ada tetapi tidak erat, maka pada suatu perjuangan mungkin kalangan tadi berada jauh di depan rakyat. Atau jauh di belakang rakyat. Itu berbahaya sekali. Hal ini mesti disingkiri.

SI PACUL : Tentu begitu! Kalau Rakyat Murba terlampau ke muka, karena kalangan berada terlalu di belakang, atau sebaliknya kalau Rakyat Murba terlampau di belakang karena kalangan terlampau di depan, maka itu berarti Rakyat Murba tak mempunyai pimpinan yang dibutuhkan. Rakyat Murba dalam hal itu gampang terjerumus!

SI TOKE : Bagaimana mengadakan ikatan yang erat itu?

SI GODAM : Carikan besi berani yang menarik dan mengikat dirinya dengan besi lain!

SI PACUL : Perumpamaan lagi, Dam. Bilangkan yang pasti nyata saja!

SI GODAM : Carilah sesuatu tuntutan yang bisa mengikat pikiran perasaan dan kemauan, pendeknya yang mengikat juga Rakyat Murba.

SI PACUL : Di desaku, Pak Kyai memajukan perang sabil!

SI TOKE : Kaum pedagang ingin berparlemen!

MR. APAL : Memang Badan Perwakilan Rakyat itu dirasakan betul oleh Rakyat.

SI GODAM : Ada tuntutan lahir yang tarikannya kuat seperti besi berani. Buat proletar tani, apa tuntutan yang lebih menarik daripada “tanah”?

SI PACUL : Tanah buat yang tak punya tanah, tentulah nasi buat yang lapar.

SI GODAM : Kita percaya kepada idealisme. Tetapi idealisme itu mesti berdasarkan materi, yakni benda dan kenyataan. Nasi itu adalah benda yang nyata. Bisakah orang berpikir kalau perut lapar? Apakah tuntutan berupa hak lahir yang nyata?

SI PACUL : Benar pikiranmu, Dam. Tetapi apa tuntutan yang nyata buat golongan proletar mesin yang mengambil bagian besar dalam perjuangan kita ini?

SI GODAM : Di masa damai tuntutan proletar pada masyarakat kapitalistis tentulah: naik gaji, kurang lama kerja, perbaikan rumah dll, berkumpul bersidang, dan sebagainya. Tetapi sekarang semua perusahaan besar di daerah Republik sudah dimiliki oleh Republik, oleh kaum proletar sendiri. Tuntutan proletar cuma campur mengurus produksi dan distribusi. Kalau kelak Negara Republik Indoensia itu berdasarkan proletaris sudahlah tentu kaum proletar yang akan menguasai produksi dan distribusi. Negara Republik Indonesia niscaya akan berdasarkan proletaris, kalau kaum proletarlah yang menjadi pelopor pergerakan kemerdekaan ini. Di Surabaya memang proletar mesinlah yang paling terkemuka dan paling tahan dalam semua perjuangan yang seru sengit.

SI PACUL : Jadi apakah tuntutan proletar di masa perang ini?

SI GODAM : Tuntutannya yang langsung tentulah terutama politik. Yaitu menuntut dicabutnya kembali tentara asing manapun juga. Baru tuntutan yang lain-lain bisa dijalankan. Baru kota dan pabrik yang sekarang di tangan musuh itu bisa dimiliki dan diselenggarakan oleh kaum proletar.

SI TOKE : Tuntutan “menyuruh mencabut kembali Tentara asing manapun juga” tentulah dirasa oleh semua golongan rakyat Indonesia. Jadi tuntutan ini boleh jadi tuntutan “kalangan”. Artinya dirasakan oleh semua golongan dalam kalangan.

SI GODAM : Ada beberapa tuntutan lain dan akan dirasa, yang bisa mengikat kemauan pikiran dan jiwa semua golongan rakyat yang memberontak.

MR. APAL : Baik susun saja nanti semua tuntutan itu sebagai Program Kalangan Rakyat Berjuang, dalam bagian teristimewa.

SI PACUL : Betul begitu. Cuma terangkanlah Dam, apa lagi yang kau rasa penting buat organisasi.

SI GODAM : Banyak lagi Cul! Cuma saya takut, kalau pembicaraan ini akan terlampau panjang dan membosankan.

SI PACUL : Kalau perlu diperpanjangkan, apa boleh buat, kita mesti cukup mengerti semua perkara yang berhubungan dengan organisasi itu.

SI GODAM : Sekarang “kalangan” sudah ada, tuntutan nyata sebagai “tali pengikat” sudah diketahui juga. Bagaimana pula sekarang mengikat rakyat Murba dan di mana ditaruh “tampuk murba”, yang memperhubungkan kalangan dan Rakyat Murba itu?

SI PACUL : Yang kau maksudkan dengan tampuk itu tentulah “sel” bukan?

SI GODAM : Betul Cul! Saya sebut tampuk buat menggambarkan bahwa Murba itu seolah-olah buah dan tampuk itu adalah sangkutan. Di situlah tali ikatan yang dibentangkan dari kalangan tadi disangkutkan.

SI PACUL : Bagus perumpamaanmu Dam, tetapi kurang nyata bagi saya.

SI GODAM : Begini Cul! Kalangan tak perlu dan tak mungkin bisa berhubungan langsung dengan rakyat Murba seluruhnya. Dia bisa cari beberapa orang jujur aktif pada tiap-tiap golongan Murba. Umpamanya di golongan pekerja beberapa orang itu bisa didapat dalam pabrik besi atau bengkel, di tambang arang atau minyak. Dua tiga orang jujur aktif itulah yang sel, yang tampuk. Dengan perantaraan dua tiga orang sebagai tampuk di kota Surabaya itu umpamanya bisa dimajukan tuntutan nyata. Dengan begitu seluruh perusahaan besi bisa bergerak, maju menyerang. Dengan dua tiga orang pada tampuk bisa perusahaan besi di Surabaya dikerahkan. Boleh jadi perusahaan besi mempelopori seluruh buruh Surabaya, pekerja minyak, listrik, kereta, dll. Baiklah pula tampuk itu dibikin di perusahaan lain di kota Surabaya itu, seperti di perusahaan minyak dan lain-lain tadi.

SI PACUL : Kalau begitu di golongan kaum tani perlu pula diadakan tampuk menurut tingkatan milik proletar tani (proletar tulen, setengah proletar, tani kecil [melarat] tani tengah dan besar).

SI TOKE : Di antara golongan kecil dan menengah majikan kecil dan tengah (besar tak ada atau tak berarti di Indonesia) mestinya ada pula tampuk!

SI GODAM : Jadi kalau sudah ada tampuk dalam golongan proletar mesin, proletar tanah, dan perusahaan kecil dan menengah maka dengan tuntutan nyata sewaktu-waktu Kalangan Rakyat Berjuang itu bisa memanggil dan mengerahkan rakyat Murba.

SI PACUL : Jadinya ikatan itu cuma dalam tempo menyerang musuh saja.

SI GODAM : Tepat pertanyaanmu, Cul! Tentulah tidak dalam waktu berjuang saja mesti ikatan itu ada. Dalam masa persiapan pun itu mesti ada.

SI PACUL : Apa ikatan itu di masa persiapan, di masa damai?

SI GODAM : Di waktu persiapan mesti ada selalu hubungan langsung antara Pusat Kalangan dengan Cabang dan tampuk di pabrik, bengkel, kebun, atau desa. Yang menghubungkan ialah “putusan” yang diambil oleh pusat yang mesti dilakukan oleh Cabang dan Tampuk. Sebaliknya pula mesti ada kritik dan usul dari pihak Tampuk dan Cabang ke Pusat. Kritik dan usul pun adalah perkara yang memperhubungkan Cabang atau Tampuk dengan Pusat. Putusan di atas mesti diambil sesudah mendengarkan kritik dan usul dari bawah dan dari para teman pengurus pusat. Apabila suatu putusan yang diambil secara demokratis, dalam hal berunding dan mengkritik, dimajukan ke Bagian Dalam Pusat ataupun ke Cabang dan Tampuk, maka wajiblah putusan itu dilakukan dengan jujur, teliti, dan rajin.Walaupun putusan yang sah demokratis itu tidak disetujui oleh suara terkecil (minority), maka wajiblah suara terkecil itu menjalankan putusan yang sendirinya tiada disetujui itu.

MR. APAL : Memang putusan dari suara terbanyak atas perundingan yang demokratis itu wajib dijalankan oleh seluruh anggotanya. Atas yang tiada menjalankan atau menyabot putusan itu mesti dijalankan disiplin. Kalau seorang dalam suatu perkumpulan cuma menjalankan suatu putusan yang dicocokinya sendiri saja maka kumpulan semacam itu tak mempunyai kekuasaan apa-apa.

SI PACUL : Mengertilah saya maksudnya disiplin dalam Kalangan Rakyat Berjuang itu. Apakah sudah habis perkara penting yang mesti dikemukakan?

SI GODAM : Mesti nyata, dirasa oleh pendengar. Dengan begitu siaran itu bisa membangunkan pikiran dan seluruh jiwa pendengar. Buat tani, kehidupan tani yang berhubungan dengan tanah, ternak, pekerjaan, dan kewajibannya terhadap negaralah siaran (propaganda) yang nyata bisa dirasa. Buat proletar mesin kehidupannya sebagai pekerja di samping mesinlah yang mengikat hati dan pekerjaannya. Begitu pula siaran di golongan kaum tengah, kehidupan yang mengikat perhatian dan pikiran sehari-harinyalah pula yang mesti dijadikan syarat-syarat siaran itu.

SI PACUL : Pendeknya terhadap Murba siaran yang nyata terasalah yang mesti kita lakukan. Tetapi apa isinya program buat Kalangan Rakyat Berjuang yang kau majukan tadi Dam?

SI GODAM : Baiklah diperundingkan program itu di waktu lain bersama-sama dengan susunan yang cocok dengan Kalangan Rakyat Berjuang itu.