Buku Praktis Bahasa Indonesia 2/Kalimat: Perbedaan antara revisi

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 114.79.37.122 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh -iNu-
 
Baris 34: Baris 34:
Dengan demikian, pola kalimat perbaikan (1b) adalah S-P-O.; (1b) adalah S-P-Pel., sedangkan pola kalimat perbaikan (2) adalah S-P-O.
Dengan demikian, pola kalimat perbaikan (1b) adalah S-P-O.; (1b) adalah S-P-Pel., sedangkan pola kalimat perbaikan (2) adalah S-P-O.


'''''== Kalimat Rancu ==
== Kalimat Rancu ==
Kata rancu dalam bahasa Indonesia berarti 'kacau'. Sejalah dengan itu, kalimat yang rancu berarti kalimat yang kacau atau kalimat yang susunannya tidak teratur sehingga informasinya sulit difahami. Jika dilihat dari segi penataan gagasan, kerancuan sebuah kalimat dapat terjadi karena dua gagasan dapat digabungkan ke dalam suatu pengungkapan. Sementara itu jika dilihat dari segi strukturnya, kerancuan itu timbul karena penggabungan dua struktur kalimat ke dalam satu struktur. Sebagai contoh, perhatikan kalimat berikut.
Kata rancu dalam bahasa Indonesia berarti 'kacau'. Sejalah dengan itu, kalimat yang rancu berarti kalimat yang kacau atau kalimat yang susunannya tidak teratur sehingga informasinya sulit difahami. Jika dilihat dari segi penataan gagasan, kerancuan sebuah kalimat dapat terjadi karena dua gagasan dapat digabungkan ke dalam suatu pengungkapan. Sementara itu jika dilihat dari segi strukturnya, kerancuan itu timbul karena penggabungan dua struktur kalimat ke dalam satu struktur. Sebagai contoh, perhatikan kalimat berikut.



Revisi terkini sejak 7 Oktober 2014 14.39

Buku Praktis Bahasa Indonesia 2
Kalimat

Sumber: Pusat Bahasa

Kelengkapan Unsur Sebuah Kalimat[sunting]

Suatu kalimat yang baik memang harus mengandung unsur-unsur yang lengkap. Dalam hal ini, kelengkapan unsur kalimat itu sekurang-kurangnya harus memenuhi dua hal, yaitu subjek dan predikat. Jika predikat kalimat itu berupa kata kerja transitif, unsur kalimat yang disebut objek juga harus hadir. Unsur lain, yakni keterangan, kehadirannya bersifat sekunder atau tidak terlalu dipentingkan. Perhatikan contoh berikut.

(1) Pembangunan itu untuk menyejahterakan masyarakat Subjek Keterangan (2) Bagi para siswa yang akan mengikuti ujian Keterangan harus melunasi uang SPP lebih dahulu Predikat Objek

Secara sekilas, kedua kalimat itu tidak menyiratkan adanya kekurangan. Namun, jika diperhatikan secara cermat, tampaklah bahwa dalam kalimat (1) tidak terdapat unsur predikat , sedangkan pada kalimat (2) tidak terdapat subjek. Kelompok kata pembangunan itu pada kalimat (1) merupakan subjek, dan sisanya merupakan keterangan, sedangkan pada kalimat (2) kelompok kata bagi para siswa yang akan mengikuti ujian merupakan keterangan dan bagian lainnya berupa predikat dan objek. Berdasarkan unsur-unsurnya, kalimat (1) berpola S-Ket., sedangkan kalimat (2) tidak adanya unsur subjek. Agar kalimat diatas menjadi lengkap, kalimat (1) dapat kita tambah dengan unsur predikat, misalnya bertujuan, sehingga kalimat (1) itu menjadi Pembangunan itu bertujuan (untuk) menyejahterakan masyarakat. Pada kalimat (2), unsur kegiatan, yaitu bagi para siswa yang akan mengikuti ujian, sebenarnya dapat diubah menjadi subjek dengan cara menghilangkan kata bagi. Dengan cara itu, kalimat (2) di atas dapat diperbaiki menjadi Para siswa yang akan mengikuti ujian harus melunasi uang SPP lebih dahulu.

Berdasarkan perbaikan di atas, kalimat perbaikan (1) dan (2) dibagi atas unsur-unsurnya sebagai berikut.

(1a) Pembangunan itu menyejahterakan masyarakat Subjek Predikat Objek (1b) Pembangunan itu bertujuan (untuk) menyejahterakan masyarakat Subjek Predikat Objek (2) Para siswa yang akan mengikuti ujian Subjek harus melunasi uang SPP lebih dahulu Predikat Objek

Dengan demikian, pola kalimat perbaikan (1b) adalah S-P-O.; (1b) adalah S-P-Pel., sedangkan pola kalimat perbaikan (2) adalah S-P-O.

Kalimat Rancu[sunting]

Kata rancu dalam bahasa Indonesia berarti 'kacau'. Sejalah dengan itu, kalimat yang rancu berarti kalimat yang kacau atau kalimat yang susunannya tidak teratur sehingga informasinya sulit difahami. Jika dilihat dari segi penataan gagasan, kerancuan sebuah kalimat dapat terjadi karena dua gagasan dapat digabungkan ke dalam suatu pengungkapan. Sementara itu jika dilihat dari segi strukturnya, kerancuan itu timbul karena penggabungan dua struktur kalimat ke dalam satu struktur. Sebagai contoh, perhatikan kalimat berikut.

(1) Menurut pada pakar sejarah mengatakan bahwa Candi Borobudur dibangun pada masa Kerajaan Syailendra

Kalimat itu termasuk kalimat yang rancu karena susunannya terdiri atas dua struktur kalimat. Struktur yang pertama dimulai dengan kata menurut, sedangkan yang kedua dimulai dengan objek 'pelaku' (pakar sejarah) yang diikuti dengan predikat mengatakan. Karena berasal dari dua struktur, kalimat rancu itu dapat dikembalikan pada struktur semula, yaitu (1a) dan (1b) berikut.

(1a) Menurut pakar sejarah, Candi Borobudur dibangun pada masa Kerajaan Syailendra.

(1b) Pakar sejarah mengatakan bahwa Candi Borobudur dibangun pada Masa Kerajaan Syailendra.

Kalimat (1) di atas strukturnya tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Oleh karena itu, kalimat (1) tersebut harus diperbaiki agar strukturnya menjadi benar. Perbaikannya dapat dilakukan seperti kalimat (1a) dan (1b) di atas.

Sehubungan dengan hal itu, satu hal yang perlu kita perhatikan adalah bahwa kerancuan seperti itu dapat terjadi jika kalimat yang kita susun diawali dengan kata menurut dan kemudian diikuti oleh ungkapan sejenis mengatakan bahwa, menyebutkan bahwa, atau menyatakan bahwa. Oleh sebab itu, agar kalimat yang kita susun tidak menjadi rancu, ungkapan sejenis mengatakan bahwa, menyebutkan bahwa, atau menyatakan bahwa tidak perlu digunakan jika kalimat yang kita susun dimulai dengan kata menurut. Sebaliknya, jika kita akan menggunakan ungkapan sejenis mengatakan bahwa, kata menurut tidak perlu digunakan pada awal kalimat.

Kerancuan kalimat yang lain dapat pula timbul karena penggunaan kata penghubung meskipun atau walaupun pada awal kalimat yang kemudian diikuti oleh kata penghubung tetapi, seperti yang tampak pada contoh berikut.

(2) Meskipun perusahaan itu belum terkenal, tetapi produksinya banyak dibutuhkan orang.

Kerancuan kalimat itu juga disebabkan oleh penggabungan dua kalimat menjadi satu. Kalimat pertama, yang menggunakan kata penghubung meskipun, berupa kalimat majemuk bertingkat, sedangkan kalimat kedua, yang menggunakan kata penghubung tetapi, berupa anak kalimat dalam kalimat majemuk setara. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kerancuan kalimat (2) itu disebabkan oleh penggabungan kalimat majemuk bertingkat dan kalimat majemuk setara ke dalam satu kalimat. Karena berasal dari dua kalimat yang digabungkan menjadi satu, perbaikan kalimat itu pun dapat dilakukan dengan mengembalikan kalimat itu ke dalam struktur kalimat asalnya, seperti yang tampak pada (2a) dan (2b) berikut.

(2a) Meskipun perusahaan itu belum terkenal, produksinya banyak dibutuhkan orang.

(2b) Perusahaan itu belum terkenal, tetapi produksinya banyak dibutuhkan banyak orang.

Dari perbaikan kalimat tersebut dapat diketahui bahwa kerancuan yang disebabkan oleh penggunaan kata penghubung meskipun atau walaupun yang diikuti oleh kata penghubung tetapi, perbaikannya pun dapat dilakukan dengan menghilangkan salah satu dari dua kata penghubung tersebut. Dalam hal ini, jika kata meskipun/walaupun tidak perlu digunakan.

Kerancuan kalimat seperti yang terdapat pada contoh di atas sebenarnya tidak perlu terjadi jika penyusun kalimat dapat mengungkapkan gagasannya secara cermat dan teratur. Dengan menata gagasan secara cermat dan teratur, kalimat yang tersusun akan terhindar dari kerancuan seperti itu.

"Di sini Melayani Obat Generik"

Kalimat Di sini melayani obat generik yang tertulis pada kalin rentang (spanduk) dipakai untuk menyatakan bahwa di tempat itu dijual obat generik. Akan tetapi, dalam kalimat itu terdapat dua kesalahan, yakni (1) kesalahan pemakaian kata di sini dan (2) pemakaian kata melayani.

Kelompok kata di sini dalam kalimat itu berfungsi sebagai keterangan. Unsur-unsur kalimat tulis harus dinyatakan secara lengkap. Setidak-tidaknya kalimat ragam tulis itu harus terdiri atas subjek dan predikat. Padahal, pada kalimat itu tidak terdapat subjek kalimat. Jika ditambahkan unsur subjek kalimatnya menjadi "Di sini kami melayani obat generik', tetapi maknanya terasa tidak masuk akal karena predikatnya dilepaskan. Oleh karena itu, kalimat itu masih perlu disempurnakan menjadi sebagai berikut.

"Di sini kami melayani pembelian obat generik" atau "Di sini kami menjual obat generik".

Kalimat Pembuka Surat[sunting]

Salah satu hal yang penting di dalam surat adalah kalimat pembuka surat. Kalimat itu berfungsi sebagai pengantar isi surat yang mengajak pembaca untuk memperhatikan pokok surat. Untuk menyampaikan hal itu, kita dituntut menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun, kalimat pembuka surat yang sering kita temukan dari berbagai intansi, antara lain, sebagai berikut.

(1) Sehubungan dengan surat Saudara tanggal 22 Juli 2003, No. 225/U.IV/2003 tentang permintaan tenaga pengajar bahasa Indonesia untuk orang asing. Kami ingin menanggapi sebagai berikut.

(2) Menjawab surat Saudara tanggal 17 April 2003, No. 257/F/III/2003 tentang pencalonan peserta Seminar Lingkungan Hidup di Jakarta, kami beritahukan bahwa semua peserta yang diusulkan dapat diterima.

(3) Bersama ini kami beri tahukan rapat pemegang saham PT Malabar dibatalkan karena pembukuan keuangan belum semua dilaporkan.

Penggunaa kalimat pembuka surat seperti (1), (2), dan (3) itu perlu dicermatkan. Kalimat yang digunakan dalam surat dinas hendaknya sesuai dengan kaidah bahasa. Kalimat untuk itu sekurang-kurangnya memiliki subjek, dan predikat. Selain itu, kalimat yang digunakan tidak perlu berbelit-belit.

Apabila kita perhatikan, kalimat (1) tidak benar karena unsur yang ada hanya berupa keterangan yang ditandai oleh kelompok kata sehubungan dengan dan diakhiri tanda titik (.) sebelum kalimat itu selesai. Kesalahan kalimat (2) disebabkan oleh tidak adanya kata penghubung sebagai penanda keterangan yang berbentuk anak kalimat. Kalimat (1) dan (2) di atas dapat diperbaiki menjadi sebagai berikut.

(1a) Sehubungan dengan surat Saudara tanggal 22 Juli 2003, No. 225/U.IV/2003, tentang permintaan tenaga pengajar bahasa Indonesia untuk orang asing, kami ingin menanggapi beberapa hal sebagai berikut.

(2a) Berkenaan dengan surat Saudara tanggal 17 April 2003, No. 257/F/III/2003, tentang pencalonan peserta Seminar Lingkungan Hidup di Jakarta, kami beri tahukan bahwa semua peserta yang Saudara usulkan dapat kami terima.

Kesalahan kalimat (3) terletak pada isinya. Surat itu hanya memberitahukan sesuatu, tidak menyertakan lampiran dan bukan merupakan surat pemberitahuan tentang pengiriman barang sehingga tidak tepat menggunakan ungkapan bersama ini. Kelompok kata bersama ini digunakan jika ada lampiran yang disertakan atau surat itu memberitahukan bahwa ada sesuatu yang dikirimkan bersama-sama pengiriman surat itu. Dengan demikian, kalimat (3) sebaiknya diperbaiki menjadi sebagai berikut.

(3a) Kami beri tahukan bahwa rapat pemegang saham PT Malabar dibatalkan karena pembukaan keuangan belum semua dilaporkan.

Berikut ini contoh kalimat pembuka surat yang disertai lampiran atau pemberitahuan pengiriman barang (4) dan kalimat pembuka surat yang berisi pemberitahuan (5), (6), dan kalimat pembuka surat untuk surat balasan (7).

(4) Bersama ini kami kirimkan contoh laporan yang Saudara minta.

(5) Kami mengundang Saudara untuk menghadiri rapat yang akan diselanggarakan pada hari selasa, tanggal 6 Agustus 2003.

(6) Sesuai dengan surat Saudara tanggal 14 Februari 2003, No. 986/I/IX/2003, tentang penerimaan pegawai baru, kami ingin memberitahukan beberapa hal berikut.

(7) Surat Anda tanggal 25 Januari 2003 NO. 453/L/II/2003 sudah kami terima. Sehubungan dengan itu, berikut ini kami sampaikan jawaban kami atas pertanyaan Anda.

Kalimat Penutup Surat[sunting]

Surat merupakan sarana komunikasi tulis. Agar dapat dipahami oleh pembacanya, di dalam penulisan surat (resmi), penulis perlu mempertimbangkan faktor kesederhanaan, kesantunan bahasa, kelugasan kalimat, kecermatan dan ketepatan dalam pemilihan kata dan struktur kalimat, serta keserasian watak. Walaupun demikian, faktor kelazim juga perlu diperhatikan. Oleh karena itu, bagian isi surat selalu terdiri atas bagian pembuka, bagian isi, dan bagian penutup.

Bagian penutup surat dapat berupa harapan pengirim surat atau ucapan terima kasih kepada penerima surat. Hingga saat ini masih terdapat kalimat pada bagian penutup surat resmi sebagai berikut.

(1) Demikian agar Saudara maklum adanya.

(2) Atas perhatiannya, diucapkan terima kasih.

(3) Demikian, atas perhatian Bapak, kami haturkan terima kasih.

Setiap surat yang dikirimkan tentu diharapkan untuk dapat dimaklumi oleh penerima surat. Oleh karena itu, pernyataan seperti pada kalimat (1) tidak diperlukan lagi. Selain itu, pernyataan pada kalimat (1) "Demikian agar Saudara maklum adanya" bukanlah sebuah kalimat yang lengkap karena tidak memiliki subjek dan predikat. Pernyataan itu hanya berupa anak kalimat yang tidak disertai induk kalimatnya. Oleh karena itu, pernyataan itu dapat dikatakan mubazir kerana tidak informatif.

Pada kalimat (2) penggunaan kata ganti -nya pada atas perhatiannya, diucapkan terima kasih tidak jelas mengacu kepada siapa. Bentuk -nya itu lebih tepat jika diganti dengan kata sapaan untuk orang kedua, seperti Saudara, Bapak, atau Anda karena komunikasi yang terjadi di dalam surat ialah komunikasi antara pihak pertama dan kedua. Selain itu, penggunaan imbuhan di pada kata diucapkan terasa tidak masuk akal karena secara logika akan timbul pertanyaan, "Siapakah yang mengucapkan terima kasih itu." Ucapan terima kasih itu disampaikan oleh penulis surat kepada penerima surat. Oleh karena itu, kalimat penutup surat yang dapat digunakan ialah, Atas perhatian Saudara, kami sampaikan ucapan terima kasih. Pada contoh kalimat penutup nomor (3), Demikian atas perhatian Bapak, kami haturkan terima kasih. Kata demikian tidak diperlukan pada penutup surat itu karena penggunaan kata itu tidak memberikan informasi apa pun. Selain itu, penggunaan kata haturkan tidaklah tepat karena kata haturkan itu masih bersifat kedaerahan, sedangkan surat yang dibuatnya adalah surat resmi, yang menuntut penggunaan kosakata baku bahasa Indonesia. Oleh karena itu, kata haturkan lebih tepat jika diganti dengan kata ucapkan apabila kita menekankan pada keinginan untuk mengucapkan sesuatu, atau kata sampaikan apabila kita memang ingin menyampaikan sesuatu, yaitu ucapan terima kasih kepada penerima surat. Jadi, di dalam penulisan surat dinas, pada kalimat penutup surat sebaiknya tidak digunakan kata-kata yang masih bersifat kedaerahan dan tidak digunakan kata-kata yang tidak memberikan kejelasan informasi.

Bahwa atau Agar[sunting]

Tepatkah pemakaian kata bahwa pada kalimat Saya mengajurkan bahwa masyarakat tidak mudah terpancing isu?

Pemakaian kata bahwa pada kalimat itu tidak tepat sebab induk kalimat dan anak kalimat menyatakan hubungan tujuan atau harapan yang diisyaratkan oleh predikat yang berupa kata kerja menganjurkan. Hubungan seperti itu dalam kalimat mejemuk ditandai dengan kata penghubung agar dan supaya. Dengan demikian, kalimat di atas harus diperbaiki menjadi seperti berikut.

(1) Saya menganjurkan agar masyarakat tidak mudah terpancing isu.

(2) Saya menganjurkan supaya masyarakat tidak mudah terpancing isu.

Selain kata menganjurkan, kata mengharapkan, mengimbau, dan memohon juga mengisyaratkan hubungan tujuan dan harapan, seperti pada kalimat berikut.

(3) Kami mengharapkan agar Saudara dapat datang tepat waktu.

(4) Pemerintah mengimbau agar masyarakat tidak membuang sampah sembarangan.

(5) Ia memohon supaya anaknya diperlakukan secara adil.

Kata bahwa digunakan jika induk kalimat dan anak kalimat menyatakan penegasan. Hubungan itu diisyaratkan oleh kata-kata, seperti mengatakan, menegaskan, dan melaporkan. Perhatikan contoh berikut.

(6) Pakar ekonomi mengatakan krisis moneter segera berakhir.

(7) Pihak yang berwenang menegaskan bahwa perkara itu tidak akan dipetieskan.

(8) Peliput berita melaporkan bahwa film itu tidak lulus sensor.

Ungkapan/Kata Penghubung Intrakalimat[sunting]

Ungkapan/kata penghubung intrakalimat adalah ungkapan/kata dalam sebuah kalimat yang berfungsi menghubungkan unsur-unsur kalimat. Ungkapan/kata penghubung intrakalimat itu tidak pernah digunakan pada awal sebuah kalimat, kecuali jika kata itu digunakan pada anak kalimat yang mendahului induk kalimat, seperti karena. Oleh karena itu, kata-kata yang tergolong ke dalam ungkapan/kata penghubung itu tidak pernah/tidak boleh ditulis dengan huruf kapital. Contoh kata penghubung itu adalah ... dan ... ... agar ... ... yang ... ... sehingga ... ... bahwa ... ... karena ...

Selain, dalam bahasa Indonesia terdapat ungkapan/kata penghubung intrakalimat yang penulisannya selalu didahului oleh tanda koma, seperti ..., sedangkan .... ...., tetapi ...

Contoh:

(1) Ia dan adiknya pergi ke Surabaya.

(2) Ia tidak masuk sekolah karena sakit.

(3) Karena sakit, ia tidak masuk sekolah.

(4) Ia sangat rajin belajar sehingga tidak pernah menemui kesulitan di sekolah.

(5) Ia selalu berusaha keras agar cita-citanya dapat tercapai.

(6) Anak itu pandai, tetapi sayang teman bergaulnya terbatas.

(7) Bagaimana aku dapat menolongmu, sedangkan aku sendiri kekurangan.

Ungkapan/Kata Penghubung Antarkalimat.[sunting]

Ungkapan penghubung antarkalimat berfungsi menghubungkan sebuah kalimat dengan kalimat lain. Oleh karena itu, kata/ungkapan penghubung jenis itu harus ditulis dengan huruf awal kapital dan diiringi tanda koma. Posisinya dalam kalimat selalu berada pada awal kalimat yang akan dihubungkan dengan kalimat sebelumnya. Kata/ungkapan penghubung yang tergolong jenis ini, antara lain, sebagai berikut.

... Akan tetapi, ...
... Berkaitan dengan hal itu, ...
... Meskipun demikian, ...
... Oleh karena itu, ...
... Sebaliknya, ...
... Sehubungan dengan itu, ...
... Sehubungan dengan hal itu, ...
... Sesuai dengan itu, ...
... Sesuai dengan uraian tersebut, ...
... Walaupun demikian, ...

Wacana[sunting]

Akhir-akhir ini istilah wacana sering ditemukan pemakaiannya dalam surat kabar yang kadang-kadang dikaitkan dengan bidang politik, seperti pada contoh beriktu.

(1) Bersenjata wacana, berpeluru dialog.

(2) Kita sedang berbicara dalam wacana politik, bukan hukum.

Dalam ilmu bahasa wacana merupakan unsur tata bahasa tertinggi yang direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh dengan amanat yang lengkap dengan 'hubungan yang erat' atau disebut kohesi yang tinggi. Oleh karena itu, wacana berarti rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain dan membentuk satu kesatuan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu.