Halaman:Wayang Cina - Jawa di Yogyakarta.pdf/9

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

 Golongan Peranakan adalah orang-orang Cina berdarah campuran, karena orang tua mereka telah melakukan pembauran ethnis. Umumnya, dari pihak ibu, mereka berdarah pribumi. Umumnya pula, golongan Peranakan itu, dalam adat kehidupan masih mengikuti golongan Sin-ke. Oleh karenanya, tak sedikit golongan Peranakan yang ikut merasa berhak disebut sebagai Teng-lang, atau T'ang-ren.
 Orang-orang Cina yang bermukim di ibukota kerajaan, sebagian terbesar adalah kaum pedagang dan pengusaha. Namun ada pula yang memiliki ketrampilan tertentu. Seperti: ahli bangunan, ahli pengobatan tradisional, ahli keagamaan, dan lain-lainnya. Juru masak, tukang kayu, tukang batu, dan lain-lain. Malah ada juga yang seniman.[1]
 Karena berbagai usaha mereka di ibukota kerajaan dan sekitarnya dapat berkembang pesat, maka dari tahun ke tahun, jumlah orang-orang Cina yang datang bermukim di Ngayogyakarta Adiningrat, kian bertambah banyak. Dan dalam jangka waktu lebih-kurang tiga puluh tahun, mereka dapat membentuk masyarakat Cina yang teratur di ibukota kerajaan. Namun Kompeni senantiasa melakukan pengawasan terhadap mereka. Selain mengenakan kewajiban membayar berbagai pajak, Kompeni juga mengikat mereka dengan berbagai peraturan yang ketat. Untuk memudahkan pengawasan, Kompeni menetapkan daerah-daerah permukiman masyarakat Cina di ibukota kerajaan. Dan untuk memudahkan pemungutan pajak serta menjamin ketaatan mereka, Kompeni mengangkat pemimpin-pemimpin masyarakat Cina yang diberi pangkat Letnan dan Kapten.
 Terhadap masyarakat Cina yang bermukim di ibukota kerajaan, Sri Sultan menunjukkan kemurahan hatinya dengan memenuhi permohonan mereka untuk mendapat sebidang tanah guna mendirikan rumah ibadah. Sri Sultan berkenan menghibahkan sebidang tanah kepada masyarakat Cina di ibukota kerajaan. Maka di atas tanah itulah kemudian didirikan sebuah klenteng sebagai tempat peribadatan mereka.

 Rupanya sejak abad ke XIX, sebagian besar orang-orang Cina berdiam di suatu daerah yang terletak di sebelah Selatan Loji Ageng.


  1. Aquasie Boachi, op cit, halaman 282.
2