Halaman:Wayang Cina - Jawa di Yogyakarta.pdf/33

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

- Hong Kio lie Tan.
- Law Kim Ting.
- Seek Yu.
 = Sang Prajaka.
- Pat Slan
 = Delapan Dewa.
- Sam Kok
 = Tiga negeri.

 Dalam setiap pertunjukan, buku lakon memegang peranan penting, sebab berfungsi sebagai suatu "skenario" menurut istilah moderen. Para dalang harus terlebih dahulu secara cermat mempelajari buku lakon yang berisi lakon yang akan disajikan, sebelum ia melaksanakan tugasnya. Terutama bagi para dalang Jawa (R.M. Pardon atau R.M. Gandamastuti, Megarsemu, dan Pawiro Buwang) yang masih sulit untuk di luarkepala menghafal nama-nama Cina, ataupun mengucapkan nama-nama Cina itu dengan Iafal Jawa.
 Namun dalam setiap pergelaran, para dalang itu, termasuk Gan Thwan Sing, bebas untuk secara "improvisasi." menyusun pocapan, ginem (dialog). Dalam membawakan janturan, suluk dan kandha, para dalang tidak mengalami suatu kesulitan, sebab tak berbeda dengan wayang kulit Jawa. Arti yang paling penting buku lakon dalam setiap pergelaran, ialah memberi pedoman kepada dalang agar penyajian ceritera harus selalu urut menurut adegan-adegan yang sudah tertulis. Dengan demikian, takkan terjadi penyimpangan yang dapat merubah jalan ceritera dari setiap lakon yang dipergelarkan.

B. D a la n g

 Untuk menjadi seorang dalang wayang Cina - Jawa, diperlukan persyaratan yang sama dengan seorang dalang wayang kulit Jawa. Sebab cara dalang menyajikan wayang Cina - Jawa, tidak berbeda dengan cara dalang menyajikan wayang kulit Jawa. Kaidah-kaidah yang harus dipatuhi oleh seorang dalang wayang Cina - Jawa, sama dengan yang harus dipatuhi oleh seorang dalang wayang kulit Jawa.
 Persyaratan yang wajib dipenuhi oleh seorang dalang, ialah memiliki sepuluh macam kemampuan dalam hal-hal yang dengan istilah-istilah pedalangan Jawa, disebut :

26