Halaman:Wayang Cina - Jawa di Yogyakarta.pdf/30

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

BAB IV

U R A I A N


A. Buku Lakon
 Adapun yang dimaksud dengan buku lakon, ialah yang dalam istilah pedalangan Jawa disebut pakem. Penulisan buku lakon wayang Cina - Jawa, dilakukan oleh Gan Thwan Sing sendiri. la menulis buku lakon dalam bahasa dan aksara Jawa. Penulisan buku lakon, mengikuti pola pakem pedalangan Jawa.
 Lakon-lakon, bersumberkan folklore Cina kuna, Gan Thwan Sing memiliki perbendaharaan folklore Cina itu, dalam ingatannya. la memperoleh perbendaharaan folklore Cina kuna itu secara lisan melalui penceriteraan kakeknya, tatkala masih muda belia. Perbendaharaan folklore Cina kuna itulah yang digubahnya menjadi lakon-lakon wayang Cina - Jawa dan dituangkan ke dalam ·berbagai judul buku lakon.
 Judul-judul lakon, ditulis menurut judul-judul aslinya (Hokkian). Namun ada yang diberi judul terjemahan (Jawa). Contoh : judul asi Thig Jing Nga Ha Ping She, diberi judul terjemahan Rabenipun Raja Thig Jing. Artinya : Pernikahan Raja Thig Jing.
 Nama-nama para tokoh lakon, negara, kerajaan, kadipaten, kahyangan, dan lain-lainnya ditulis menurut nama-nama aslinya (Hokkian). Akan tetapi istilah-istilah kepangkatan, jabatan, gelar dan lain-lain, sebagian terbesar mempergunakan istilah-istilah Jawa. Seperti; narendra, pangeran, patih, adipati, bupati, tumenggung, senopati, pandhita, brahmana, abdi, perajurit.
 Susunan (organisasi buku) buku lakon, dalam garis besarnya mengikuti susunan pakem pedalangan Jawa. Berisi urutan adegan dari awal hingga akhir lakon. Dilengkapi dengan perincian yang dalam istilah-istilah pedalangan Jawa disebut :

1. Janturan - - - - - - - - - kombangan.
2. Suluk - - - - - - - - - sendhon - pathetan ada-ada.
3. Pocapan, ginem
4. Kandha, cariyos.

 Baik janturan, suluk maupun kandha, seluruhnya mempergunakan idiom-idiom pedalangan (wayang kulit) Jawa. Juga cara mem-

23