Halaman:Wayang Cina - Jawa di Yogyakarta.pdf/23

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

dengan pergelaran wayang kulit. Sedangkan lakon-lakon gubahan dari folklore Cina yang disajikan, merupakan daya tarik tersendiri. Karena tema-tema aneka lakon Cina itu, pada dasarnya tak berbeda dengan tema-tema aneka lakon Jawa yang bersumber dari Mahabharata dan Ramayana, meski dalam variasi dan warna berlainan. Tapi justru perbedaan dalam variasi dan warna itulah, yang memikat perhatian.

Pada awal tahun-tahun tigapuluhan, daerah persebaran wayang Cina – Jawa mulai meluas sampai di beberapa kota di luar Yogyakarta, yaitu di kota-kota Sentolo, Wates, Purworejo, Muntilan, Magelang, serta kota-kota Klaten, Delanggu, Surakarta.
Sampai menjelang awal tahun 1940, daerah persebaran wayang Cina – Jawa kian meluas sampai di kota-kota pantai Utara Jawa Tengah, seperti : Kudus, Semarang. Bahkan dalam tahun-tahun berikutnya, meluas sampai ke wilayah Propinsi Jawa Timur. Seperti kota-kota : Madiun, Kediri, Pare, Probolinggo, Surabaya dan Malang. Malah konon, pernah pula dipergelarkan di kota-kota Cirebon dan Bandung[1]. Meski pergelaran-pergelaran di kota-kota Cirebon dan Bandung itu, kemungkinan besar sekali adalah atas permintaan orang-orang Peranakan yang berasal dari Yogyakarta atau Jawa Tengah, namun hal itu menunjukkan, bahwa daerah persebaran wayang Cina – Jawa berhasil melewati perbatasan wilayah Jawa – Pasundan.
Gan Thwan Sing tahu bahwa ia tidak akan mungkin dapat mengimbangi perkembangan pesat itu, seorang diri saja sebagai dalang. Dan ia juga tahu, bahwa para konsumen dari kalangan masyarakat Jawa akan merasa lebih akrab dengan pertunjukan wayang Cina – Jawa, jika yang bertindak sebagai dalang adalah orang Jawa. Ia menyadari pula, bahwa ada dan tidak adanya para dalang yang mampu memajukan karya ciptanya, ikut menentukan kelangsungan hidup wayang Cina – Jawa di masa depan. Oleh karenanya, Gan Thwan Sing lalu mendidik beberapa orang yang berminat menjadi dalang, agar dapat mewakili dirinya dalam waktu yang akan datang. Mereka itu adalah Raden Mas Pardon, Megarsemu, Pawuo Buwang dan Kho Thian Sing. Raden Mas Pardon adalah seorang seniman dari kalangan bangsawan. Megarsemu

  1. Keterangan lisan dari Gani Lukito.
16