Halaman:Wayang Cina - Jawa di Yogyakarta.pdf/18

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

populer dalam masyarakat Cina perantauan. Ia mampu menggubah lakon-lakon itu, berkat pengetahuannya tentang folklore Cina kuna yang diperoleh dari kakeknya. Sesudah menyelesaikan penulisan beberapa buah buku lakon, ia lalu membuat disain-disain dari tokoh-tokoh setiap lakon untuk kemudian dibuat wayang dalam dua dimensi.

Akan tetapi konsepsinya yang telah utuh dengan penciptaan buku lakon dan disain tokoh-tokoh wayang itu, tak dapat disusul dengan langkah-langkah berikutnya. Yaitu; pembuatan tokoh-tokoh wayang, pengadaan alat-alat pertunjukan dan mengadakan latihan bersama dengan para pemusik (niyaga = bahasa Jawa). Hal itu, dikarenakan ia tidak mempunyai dana untuk pembiayaannya.

Maka Gan Thwan Sing lalu berusaha mencari "sponsor" yang bersedia membiayai segala sesuatunya sampai pelaksanaan pertunjukan perdana. Menjelang awal tahun duapuluhan, Gan Thwan Sing menghubungi Oey See Toan, seorang pedagang besar yang menggemari seni pertunjukan tradisional. Gagasan Gan Thwan Sing yang dikemukakan kepadanya, berhasil memikat hati dan Oey See Toan lalu menyatakan kesediaannya untuk menjadi "sponsor". Maka dengan dana yang disediakan oleh Oey See Toan, perwujudan gagasan Gan Thwan Sing dapat terlaksana. la menyelesaikan pembuatan tokoh-tokoh wayang sejumlah lebih kurang dua ratus buah. Sebagian terbesar, dibuat dari bahan kulit (kerbau). Sebagian kecil lainnya, dibuat dari bahan kertas. Karena cara mempertunjukkan wayang ciptaannya itu secara teknis sama dengan cara mempertunjukkan wayang kulit Jawa, maka dibuat pula alat-alat perlengkapan pertunjukan yang serupa dengan alat-alat perlengkapan pertunjukan wayang kulit Jawa. Seperti : kotak, cempala, kepyak, kelir, blencong.

Pada waktu yang bersamaan, Gan Thwan Sing berhasil menyelesaikan beberapa judul buku lakon yang dalam istilah pedalangan, disebut pakem. Ditulis dalam bahasa Jawa dengan aksara Jawa. Susunan buku lakon, mengikuti pola pakem wayang kulit Jawa.

Kemudian berulang kali dilakukan latihan bersama, dengan para pemusik (niyaga = bahasa Jawa) dan biduan. Bertindak sebagai dalang, adalah Gan Thwan Sing pribadi.

Setelah segala sesuatunya dipersiapkan matang-matang, dilaksanakanlah pertunjukan perdana yang disaksikan oleh masyarakat

11