Halaman:Wayang Cina - Jawa di Yogyakarta.pdf/16

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

menghayati segi-segi kesenian tradisonal. Tidak pula segan-segan belajar dari para budayawan dan para akhli kesenian Jawa. Sejak masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I sampai dengan masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono IX, mereka senantiasa memperlihatkan rasa hormatnya kepada para Sultan yang bertahta. Pada masa kini, Sikap mereka itu, tercermin dalam sebuah prasasti yang dipersembahkan oleh wakil-wakil masyarakat Cina di Yogyakarta dan sekitarnya, kepada Sultan Hamengku Buwono IX. Prasasti yang bercorak khas Cina itu, menggunakan dua bahasa dalam dua bentuk aksara. Yaitu bahasa dan aksara Cina – Jawa. Sampai saat ini, prasasti yang merupakan salah satu bentuk saksi sejarah itu, masih terdapat di pelataran dalam kraton Yogyakarta.


B. Asal-usul

Gan Than Sing dilahirkan di Jatinom pada tahun 1885. Tidak banyak diketahui tentang orang tuanya. Yang jelas, ayah bundanya adalah orang-orang Peranakan. Ayahnya bernama Gan Ing Kwat.

Sejak masih muda belia, Gan Thwan Sing hidup bersama kakeknya. Dari kakeknya yang masih orang Sin-ke, ia mendapat pengetahuan mengenai bahasa dan aksara Cina serta aneka ceritera rakyat Cina. Berkat asuhan kakeknya, lambat-laun ia mencintai seni bercerita dan menyukai gambar-gambar ilustrasi yang menghias buku-buku ceritera Cina kuna. la dapat menghafal di luar kepala, beberapa ceritera rakyat, legenda Cina yang diperoleh secara lisan dari kakeknya. Dan ia hafal bentuk-bentuk wajah para tokoh yang hidup dalam aneka ceritera legenda itu, sebagai yang berulang kali dilihatnya dalam buku-buku Cina milik kakeknya. Kelak, pengetahuan tentang aneka ceritera rakyat dan legenda Cina kuna itu, akan sangat bermanfaat baginya.

Tatkala masih tinggal bersama kakeknya, Gan Thwan Sing seringkali main dari kampung ke kampung sampai ke pedesaan. Pergaulannya selama bertahun-tahun dengan anak-anak pribumi, baik yang anak priyayi maupun anak kampung biasa, menjadikannya merasa lebih akrab dengan kehidupan masyarakat pribumi. Dan seperti halnya anak-anak pribumi, ia menggemari pertunjukan wayang kulit yang dipergelarkan semalam suntuk. Kegemarannya terhadap pertunjukan wayang itu, menumbuhkan rasa cinta terhadap seni pertunjukan. Kelak, bila ia mulai meng-

9