Halaman:Wayang Cina - Jawa di Yogyakarta.pdf/10

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Mengenai daerah pemukiman mereka itu, tercatat dalam pustaka tulisan tangan (manuskrip). Babad Mentawis Ngayogyakarta yang ditulis semasa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono V. Dalam pustaka tersebut ada bagian yang menceriterakan peristiwa kunjungan Tuan Jenderal ke kraton, setelah Sultan Hamengku Buwono III dinobatkan pada tahun 1812. Dan di bagian yang menceriterakan peristiwa kunjungan Tuan Jenderal tersebut, ada kalimat sebagai berikut:

".......................................................
sakehing Cina ingkang sami gegriya, sakiduling
Loji Ageng, dhuk rawuhnya Tuwan Jenderal
..........................................................."


Artinya:

"......................................................
semua Cina yang sama berumah di sebelah
Selatan Loji Ageng, tatkala Tuan Jenderal
datang ...................................................."



 Masyarakat Cina di ibukota kerajaan, dilibatkan dalam percaturan politik pada tahun-tahun 1811 - 1812. Ketika terjadi suasana yang tegang dalam kraton, dikarenakan pertentangan antara Putera Mahkota dengan Sultan Hamengku Buwono II bersama pengikut masing-masing pihak. Dalam kemelut itu, Putera Mahkota menghubungi pemimpin masyarakat Cina 'di ibukota kerajaan yang bemama Tan Jim Sing, berkedudukan sebagai Kapiten der Chinezen. Dalam Babad Mentawis Ngayogyakarta, tokoh masyarakat Cina itu, disebut Jim Sing. Melalui perantaraan Tan Jim Sing, Putera Mahkota dapat menjalin hubungan baik dengan J. Crawfurd[1] residen lnggeris untuk Kesultanan Mataram di Ngayogyakarta Adiningrat. Setelah Putera Mahkota berhasil menduduki tahta dan suasana kerajaan tenteram kembali, beliau sebagai Sultan Hamengku Buwono III menghibahkan tanah seluas 800 cacah kepada pemimpin masyarakat


  1. Soekanto, op cit, halaman 91.

3