serambi rumahnja.
Lynch dan Deane mengikuti gadis itu dari belakang. Dan ketika mereka menaiki tangga rumah itu seorang laki² jang sudah landjut, menjambut kedatangan mereka. Orang itu bernerawakan tinggi lampa, sedangkan rambutnja putih seperti kapas. Pada wadjahnja dan matanja jang suram terbajang adanja suatu penderitaan hidup dan penjakitan,
Georgia jang berdjalan lebih dulu menghampiri orang tua itu.
„Ajah, inilah tuan Robert Deane dan Bertram Lynch jang saja katakan tadi, dan......... tuan², ini adalah ajah saja Majoor Cassel”, udjarnja pada Deane dan Lynch. Majoor Cassel menjilahkan kedua tamunja itu duduk pada sebuah bangku di mukanja.
„Majoor Cassel?” ulang Lynch dan tampak kaget. „Bukankah tuan dari Resimen Northhumberland ke IX?”
Mendengar ini Majoor Cassel benar² terperandjat dan menatap Lynth beberapa saat lamanja.
„Apa kata tuan? Bagaimana sampai tuan tahu itu?”
Lynch tertawa sambil menundjuk kearah dasi jang melilit dileher orang itu.
Tak mungkin saja melupakan tanda Resimen itu, majoor! Saja sendiri bekas anggota Resimen sembilan! —”
Majoor Cassel mengangguk-angguk, kemudiam seperli mengenangkan sesuatu tangannja mempermainkan dusinja itu.
„O ja? Kebetulan sekali kalau begitu. Karena sepandjang jang saja tahu, orang² jang datang disini biasanja......ja...."
Tiba² Georgia menjela ajahnja,
„Tapi ajah, bukankah di Teachtown imi tidak boleh ditanjakan hal? jang bukan??”
„O ja, tentu sadja tidak. Maafkanlah saja”, sahut orang itu sambil menalap pada Lynch.
Lynch mendjawab permintaan maaf orang tua itu dengan senjum, sekalipun tidak mengerti betul apa jang dimaksudkan Georgia dengan ajahnja itu.
„Tapi kami sendiri tidaklah keberatan untuk mentjeritakan dengan terusterang, mengapa sampaj terdampar disini”, sahutnja merendah, Dan kemudian bertjeritalah Lynch, jang tentu sadja merupakan obrolan² kosong jang seolah-olah
57