Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/98

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

98

toean poeteri jang baharoe habis berlangir roepanja. Oedara jang memenoehi kota Betawi itoe sedjoek rasanja, djaoeh berlawanan dengan siang jang panas itoe. Djalan-djalan besar soedah moelai sepi, sedang kereta poen tiada berapa lagi jang lintas. Hanja sekali-kali, ja'ni kenderaan jang membawa tempat makan minoem serta bersoeka-soekaan.

Dalam roemah bamboe tempat perempoean jang banjak itoe telah diam. Semoea perempoean itoe soedah keloear menéroeskan djalan jang didjalani mereka itoe, ja'ni djalan jang membawa dia kedalam djoerang jang dalam.

Ani memandang moeka Soerdjima dengan hérannja. Akan tetapi meskipoen jang dipandang itoe mengerti pertanjaan jang dalam hati anak gadis itoe, tiadalah ia berkata barang sepatah kata. Sedjoeroes pandjang lamanja, maka Soerdjima poen mengadjak Ani makan bersama-sama.

Setelah mereka itoe selesai makan, maka Soerdjima poen pergilah doedoek dibalé-balé jang dihadapkan roemah itoe. „Pada malam inilah waktoe jang baik bagikoe mentjeriterakan dia segala hal ihwal jang ada diroemah ini”, pikirnja, „lebih baiklah saja jang moelai, soepaja ia tahoe dan mengerti roepa-roepa bahaja jang menimpa perempoean jang sesat dari pada djalan