Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/63

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

63

olehnja dengan keringat serta maki dan nista.

Perlahan-lahan diboekanja pintoe belakang serta ia memasang telinganja benar-benar. Roemah itoe memang sepi, semoea orang tidoer lelap. Tetapi djalan besar itoe beloem soenji roepanja, masih ada kedengaran soeara orang. Meskipoen tiada hiroek sebagai siang, tetapi njaring djoega kedengaran, karena malam soedah djaoeh dan sepi.

Neng, neng..........berboenji djam doea belas kali. Ia terkedjoet sebentar, akan tetapi tiadak berdebar. Ia poen doedoeklah dihadapan pintoe itoe menoenggoe-noenggoe sampai djalan besar itoe sepi, karena takoetlah ia kalau ada orang jang mengenal dia.

Sedeng ia doedoek diloear itoe, teringatlah ia akan orang toeanja dan adiknja jang tiga bidji itoe,, Kalau mereka itoe melihat saja melarat demikian, berapakah sedihnja hati mereka itoe. Barang kali penjakit bapakkoe itoe bertambah keras, kalau diketahoeinja apa jang koederita ini. Akan tetapi tiada mengapa, siapa tahoe besok saja dapat kerdja lain jang lebih baik. Lagi ini masih permoelaan boealan waktoe jang baik mentjahari pekerdjaan digendong-gendong. Demikianlah ia berpikir-pikir. Ani merasa air matanja mengalir dipipinja jang dingin, itoe karena adalah sebenarnja hatinja sedih oleh sebab nasibnja itoe. Sam-