291
Soerdjima memboeka matanja. Dengan moeka jang ramah dan tamah ia memandang sahabat kekasihnja itoe. Dengan soeara jang perlahan-lahan ia menjoeroeh si Ani doedoek dekat kepalanja, karena adalah jang akan dikatakannja.
„Ani jang koetjintai, kita bertjerai sekarang. Toeroetlah nasihatkoe itoe, dan apa jang koepesan itoe djanganlah loepakan.”
Sekali lagi mata Soerdjima memandang moeka si Ani. Kemoedian ia memalingkan matanja melihat keatas. Dan. . . . . . . . .roh jang soetji itoe poen terbanglah meninggalkan badan, tempat sementara itoe, akan poelang kembali ketempat asalnja ja'ni rahmatoe'llah tempat jang soetji dan kekal itoe.
Si Ani tiada meratap dan menangisi majat ketjintaannja itoe. Ia soedah berdjandji benar-benar jang demikian itoe dihadapan Soerdjima diwaktoe hidoepnja. Soerdjima memesan, bahwa si Ani tiada boléh memberi tahoe kematiannja itoe kepada sekalian handai tolannja, sebeloem ia dikoeboer. Itoepoen ditoeroetnja. Wang simpenan jang ditinggalkan Soerdjima tjoekoep sekadar pembeli kain poetih akan pemaloet majat itoe, sebilah papan penoetoep liang lahat koeboeran itoe serta pembajar oepah toekang air jang memikoel majatnja kekoeboer.