Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/280

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

280

Lagi poen goenanja tiada lagi. Kalau engkau tinggal sendiri, adalah dia itoe waktoe jang baik bagimoe akan mempeladjari berdiri sendiri. Orang jang tiada dapat berdiri sendiri dalam kehidoepannja, orang itoe sia-sia mendjadi orang.

Lihatlah anak ketjil. Moela-moela ia berladjar berdjalan, ia selaloe ditolong iboenja. Setelah ia koeat dan pandai, pertolongan iboenja itoe tiada bergoena lagi bagai dia. Demikian djoega dalam kehidoepan ini. Selama engkau masih beladjar hidoep sendiri, pertolongan itoe bergoena bagimoe. Kalau ada kesoesahan, engkau beroléh bitjara dan nasihat. Sekarang soedah waktoenja engkau berdiri sendiri. Djanganlah koeatir, beranikanlah hatimoe. Lagi poen bila saja tá ada nanti, engkau tákan tinggal sendiri sahadja. Lihat sahadjalah, nanti ada jang menemani engkau dalam kesoesahan. Boekan orang sebagai saja, atau malaikat dari langit. Siapa dia itoe, engkau mengetahoei dia kelak.

Setelah habis Soerdjima berkata-kata itoe, si Ani tinggal tepekoer. Ia bertanja dalam hatinja, atau ia memoeaskan hatinja pada waktoe itoe djoega. Adakah Soerdjima mengerti nanti apa jang ditjeriterakannja ioe. Bagaimanakah saja katakan, soepaja terang padanja.

„Saja soedah lama mengetahoei bahasa ada jang hendak engkau katakan,” kata Soerdjima.

„Dengan soeara jang gemetar si Ani mentjeri-