Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/276

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

276

batnja itoe, hatinja amat bimbang. Kekoeatan Soerdjima poen soedah banjak moendoer. Adakah dia itoe sebab penjakit dada itoe atau oléh karena ia pajah? Karena meskipoen badannja koerang énak, bila ada perloenja, ia selaloe pegi. Kadang-kadang diwaktoe malam jang dingin, bila ada jang akan dioesahakannja. Kalau Ani menegor dia, soepaja sahabatnja itoe mendjaga keséhatan badannja, maka Soerdjima selaloe menjahoet:

„Kalau perloe, saja mesti pegi. Bagaimanakah saja dapat tidoer ditempat tidoerkoe, kalau koeketahoei ada orang jang haroes ditolong.”

„Perloe. . . . . . . . . . . .ja mémang selamanja perloe. Tetapi keperloean kita sendiri djangan diloepakan. Itoelah jang lebih dahoeloe. Menolong orang mémang bagoes. Akan tetapi Soerdjima haroes mengingat, djanganlah kita beroléh soesah karena menolong itoe.”

„Dengarlah perkataankoe ini Ani. Sebab manoesia itoe selaloe berkata dan beroesaha, soepaja ia beroléh lebih dahoeloe keperloeannja sendiri, sebab itoelah maka timboel kesengsaraan jang sebanjak itoe diantara manoesia. Siapa jang berkata lebih dahoeloe keperloean sendiri, kemoedian keperloean orang lain, orang itoe tentoe tiada akan memikirkan temannja. Akan memikirkan oentoek diri kita adalah dia itoe tabi'at, jang dibawa lahir. Meskipoen orang lain tá mengadjar kita, de-