Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/247

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

247

„Sebenarnja perkara biasa. Perempoean dan oeang itoelah jang diboeroe manoesia dalam doenia ini. Itoelah jang menjoesahkan saja.

„Oeang dan perempoean? Perkataan itoe kedji dalam telingakoe.”

Boléh djadi. Tetapi itoelah jang menjebabkan saja dalam kesoekaran sekarang.”

„Perempoean tentoe tidak. Karena Gwan soedah mempoenjai dia. Wang? Pikirankoe, Gwan tiada pernah kesoesahan wang.”

„Soekoer, beloem pernah. Tetapi jang pertama itoelah jang menjoesahkan akoe. Soepaja Lie mengerti biarlah saja terangkan. Lie djangan marah, dengarlah dengan tenang. Lagi poen ’adat saja engkau soedah kenal dari dahoeloe.

„Kalau sekiranja Lie soedah kawin dan mempoenjai anak. Engkau sajang akan isterimoe, tetapi Lie menaroeh birahi djoega kepada orang lain. . .

Perkataan Hok Gwan beloem habis, sahabatnja itoe poen menjahoet.

„Hé. Saja soedah mengerti maksoedmoe itoe. Benar saja tidak mengerti apa sebabnja engkau berlakoe jang demikian, engkau soedah kawin. Kalau orang soedah makan dan minoem dengan tjoekoepnja, apakah sebabnja ia mentjoeri makanan lagi dari roemah orang.”

„Mentjoeri mémang salah. Tetapi kalau orang membagi dia makanan jang énak bagaimana?”