Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/233

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

233

pa djandji kita itoe”, sahoet Gwan demi ia melihat sahabatnja itoe.

Setelah meréka itoe berdjabat tangan maka meréka itoe poen doedoeklah berhadapan.

Dahi Gwan jang tadinja itoe berkeroet karena selaloe memikirkan hal roemahnja itoe, sekarang soedah berseri- seri. Ia berkata-kata itoe tertawa gelak-gelak. Hatinja soedah ringan dan girang, setelah ia bersoea dengan sahabatnja itoe.

„Apakah kabar jang Lie bawa? Soedah lama kita tiada bersoea”, bertranja Hok Gwan. „Apakah sebabnja engkau soedah lama tiada datang dikota ini. Adakah kehidoepan jang menjenangkan hatimoe dioedik, tanah jang selengang itoe?”

Lie selaloe membentjii kehidoepan kota. Dan ia djoega tiada soeka mendengar orang mentjattji kesenangan kehidoepan orang berladang dan bersawah.—

„Memang”, sahoetnja, „kalau ditempat kami orang désa ini selamanja bik, tiada jang koerang. Séhat dan radjin bekerdja. Tiada seperti orang kota jang malang itoe.”

Hok Gwan tersenjoem mendengar perkataan sahabatnja itoe. Ia tahoe benar, bahwa tiadalah faédahnja menjoal sahabatnja itoe. Maka ia poen mengambil haloean pertjakapan jang lain.

„Pikirankoe ragoe sekarang”, katanja, „itoelah sebabnja saja loepa akan djandji kita itoe.”