Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/195

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

195

Disini iboekoe diam sedjoeroes. Pada matakoe nampak bagaimana soesahnja ia berkata-kata itoe. Soearanja gementar sebab menahani air matanja. Mata jang malap itoe memandang saja serta iboekoe berkata:

„Ja, tiada lama lagi saja sakit, tetapi penanggoengan jang diderisa hatikoe itoelah jang menghabiskan kekoeatankoe, sehingga saja sekarang koeroes dan penat.”

Saja hendak menangis. Bibir dan kelopak matakoe soedah gemetar. Itoe nampak oléh iboekoe..Ia berkata:

„Soerdjima tenangkanlah pikiranmoe, tahanlah dahoeloe hatimoe, soepaja boenda dapat mengelocarkan segala apa jang hendak saja katakan.”

„Ja, mak. Berkatalah mak. Saja tidak menangis”, sahoetkoe, akan tetapi dadakoe selaloe berdebar.

„Hatikoe tiada berat meninggalkan doenia ini. Saja réla dan sedia akan bertjerai dari kehidoepan ini. Akan tetapi bertjerai dari kau itoelah jang memberatkan hatikoe. Sebab seorang perempoean jang tiada mendjadi iboe, orang piaraan sahadja, maka adalah doedoekmoe amat soesah, adalah sebagai telor dioedjoeng tandoek. Dengan moedah nasibmoe itoe berpoetar, dan apabila engkau tinggal seornag diri, apakah djadinja kelak dengan dirimoe. Tiada orang toea, tiada saudara tempat mengeloeh dan minta bitjara. Anakkoe Soerdjima,