Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/193

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

193

„Sampaikah hati mak meninggalkan saja?”

„Apakah daja kita menghambat jang akan datang itoe?”

„Tidak, tidak, mak tinggal djoega bersama-sama dengan saja.”

Sedjoeros pandjang kami doedoek berpeloek-peloekan serta bertangis-tangisan.

Oedara jang terang itoe dipenoehi keboet. Awan jang tebal dan hitam datang bergoempal-goempal dibawa angin jang dingin. Poentjak-poentjak goenoeng dari djaoeh dan léréng-léréng boekit jang berkeliling keboen itoe tiada kelihatan karena awan jang hitam itoe.

Sedih pendengaran diloear, sedih didalam hati kami berdoea. Kelam sekalian padang dan beloekar, moeram djoega moeka si iboe dan si anak jang melarat itoe. Matahari dan tjahaja jang terang itoe soedah hilang; dalam hatikoe poen soedah lama gelap dan kelam.

Maka toeroenlah hoedjan jang amat lebat sebagai air ditjorahkan dari langit roepanja. Tanam-tanaman dan toemboeh-toemboehan jang haloes itoe beroléh jang bergoena bagai kehidoepan meréka itoe, tetapi saja dan iboekoe tiada mendapat apa jang ditjintakan hati kami.

Kami doedoek berdoea menghadap djendéla kamar jang terboeka itoe. Matakoe memandang keloear, kelangit jang djaoeh itoe. Saja tiada mena-