Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/192

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

192

Ia menangis djoega. Ia mendekap saja laloe mentjioem keningkoe.

,,Katakanlah mak, apa sebab mak bersoesah itoe?"

,,Soer, Soer", berkata mak perlahan-lahan dengan soeara jang sedih dan poetoes- poetoes.

,.Soerdjima, anakkoe, bidji matakoe, tangkai kalboekoe. Oentoeng nasibmoelah jang menjoesahkansahkan hati boenda. Bagai boenda adalah penanggoengan kita itoe tiada seberapa."

,,Mak, benar saja tiada hidoep beroentoeng. Akan tetapi mak djangan bersoesah hati karenakoe. Saja merasa dirikoe tiada sengsara, sebagai kiranja boenda."

Entah mak tiada mendengar perkataankoe itoe, entah ia tiada pertjaja, tiada tahoe saja. Ia meneroeskan perkataannja:

,,Soer, anak kesajangankoe. Mengenangkan nasibmoe itoe, itoelah jang memiloekan hatikoe, Saja merasa kekoeatankoe soedah hilang dan adjalkoe tiada dapat lagi menahani kesedihankoe. Saja medoeran badankoe jang koeroes itoe."

Demi saja mendengar perkataan itoe, ja'ni iboekoe tà kan lama lagi hidoep didoenia, saja poen tiada dapat lagi menahani kesedihankoe. Saja menangis seraja memeloek dia dengan sekoeat-koeatkoe, karena perasaankoe adalah dia sebagai dirampas orang dari tangankoe.