Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/177

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

177

iknjalah kita menjerah diri kepada Dia, Toehan jang maha rahmat itoe”.

Kedoea perempoean itoe poen masoeklah bersama-sama Si Ani memboeka tempat makanan jang dibawanja itoe. „Makanlah soep ini masih panas. Saja beroléh dia dari njonja besar”.

„Djangan loepa bésok mengoetjapkan terima kasihkoe kepada njonja”, djawab Soerdjima, seraja ia doedoek makan bersama-sama dengan si Ani.”

23 October.

„Ani”, kata Soedjima, „saja pikir ada djoega faédahnja bagimoe dibelakang, kalau saja mentjeriterakan kehidoepankoe. Siapa tahoe apa jang akan datang, hidoep manoesia adalah péndék adanja, dan waktoe jang baik tiada selamanja”.

„Saja soeka sekali mendengarnja', sahoet si Ani seraja doedoek dekat Soerdjima.

„Orang toeakoe,” kata Soerdjima memoelai kesah kehidoepannja, „tinggal dikebon téh jang besar, tiada djaoeh dari negeri Betawi. Moela² bapakkoe berderdja djadi koeli. Iboekoe mentjahari oeang dengan mendjoeal makan-makanan, karena gadji bapa tiadalah tjoekoep akan kehidoepan kami bertiga. Pada waktoe saja beroemoer lami tahoen. Bapakkoe bekerdja radjin; adalah ia seorang orang jang berhati toeloes, akan tetapi ada