Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/166

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

166

„Kemana haloean kita semalam ini?” tanjanja. Tek Lie tiada menjahoet. Matanja memandang keloear tiada bergerak, serta ia menggigit bibirnja. Setelah sedjoeroes pandjang lamanja ia berdiri demikian itoe, maka ia poen berpaling menghadapkan sahabatnja. Bagai orang ini tiadalah ia menjemboenjikan rahsianja, segala perasaannja ditjeriterakannja kepada Jan Sin. Maka ia poen berkata:

„Sin berkata apa tahadi”.

„Saja bertanja, kemana haloean kita semalam ini”.

„Ja, saja mengerti apa sebabnja engkau berkata demikian itoe. Sebenarnja engkau hendak bertanja. . . . . . . . . . . .” Tek Lie tiada menjoedahkan perkataannja itoe. Ia memandang gambar jang berdiri dimédja itoe, Pandangnja inilah jang mengatakan apa jang akan diseboetkannja itoe.

„Ja, sebenarnja perkataanmoe itoe”, kata Sin, „sebetoelnja saja hendak bertanjakan hal si Noni. Tetapi oléh karena kesoesahan terbajang pada moekamoe dan saja mengerti sedikit apa jang menjebabkannja, tiadalah sampai hatikoe menjintoeh hal itoe. Takoet saja pertanjaankoe menambahi kemasjgoelan hatimoe”.

„Ah, tidak. Sebaliknja kalau saja membitjarakan hal itoe, adalah persaankoe lebih ringan. Hatikoe