Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/164

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

164

„Tiga poeloeh tiada tjoekoep. Lagi poen lebih itoe lebih baik dari pada koerang”, katanja sama sendirinja. Ia memboeka latji médjanja laloe mengambil oeang kertas berharga lima poeloeh roepiah. Ia pergi sebentar bermohon pegi kepada iboenja. Si iboe membawa ia sampai kepintoe dengan hati jang girang melihat anaknja jang bagoes itoe. Seorang poen tiada jang lebih berbesar hati dari si iboe melihat anaknja jang menarik hati orang jang memandangnja.

„Djangan terlampau lambat datang”, kata si iboe sambil anak moeda itoe naik keréta jang molék itoe.

„Ja, mak”, djawab si anak dengan tersenjoem. Ia mendjawab demikian akan menjenangkan hati iboenja. Tetapi dalam hatinja ia berkata bahasa maknja tahoe sendiri, kalau ia pegi melantjoeng malam, ia selamanja lambat poelang; ja, kadang-kadang semalam-malaman itoe ia tinggal diloear.

„Djalan mana, ba?” tanja koesir itoe seraja menggerakkan tali lestring koeda itoe.

„Bawa diroemah Tek Lie”, oedjar anak moeda itoe seraja doedoenk dengan énaknja disoedoet keréta itoe.

Koeda jang mengerti itoe tahoe bahwa toean jang akan ditarik meréka itoe soedah naik. Maka sebentar itoe djoega meréka itoe poen berlarilah dengan gagahnja.