Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/134

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

134

Sedikitpoen tiada timboel pertanjaan dalam hatinja: „Pantaskah gadjikoe itoe, tjoekoepkah dia oentoek makan dan pembeli kain badjoe?” Orang jang menaroeh pikiran tentoe berkata lagi: „Sebagini dibelandjakan, sebigini haroes disimpan oentoek belandja dihari toeakoe.”

Jang lebih menggirangkan hatinja jaitoe ia pergi dan poelang sama-sama dengan Soerdjima, sahabat jang disajanginja itoe. Amatlah tersangkoet rasa hatinja kepada perempoean jang koeroes dan poetjat itoe. Apakah jang menarik hatinja itoe, tiada diketahoeinja benar-benar; entah disebabkan orang ini mengenal boedinja, atau karena dia merasa nasib jang akan menimpa anak moeda jang masih moeda itoe.

Soedah seminggoe lamanja si Ani bekerdja itoe. Pekerdjaan jang moedah itoe beloem diketahoeinja benar-benar. Kadang-kadang médja ini tiada digosoknja, sedang médja jang lain doea kali dibersihkannja. Ia keliroe dalam pekerdjaannja itoe boekan karena ia selaloe berangan angan. Anak jang bodoh itoe masih bingoeng, apa-lagi kalau njonja itoe mengamat- amati dia bekerdja. Makin banjak ia beroléh perintah, makin bersalahan pekerdjaannja. Berdjalan poen dilantai marmar jang litjin itoe seolah-olah ia tiada pandai lagi; ia sering hendak djatoeh tergelintjir. Apabila ia dibi-