Halaman:Tenun Tradisional Minangkabau.pdf/16

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi
  1. Paran.
    Kalau atua ponte menghubungkan antara tonggak ponte bagian belakang dengan bagian muka pada bagian sebelah bawahnya, maka pada bagian atas ( yang menghubungkan antara tonggak muka, tengah dan belakang ) dinamakan “paran”. Paran ini dibuat dari sepotong kayu yang ukurannya lebih kecil dari atua ponte.
  2. P a s o .
    Paso adalah sebuah kayu agak bundar yang diletakkan ( menghubungkan ) antara dua tonggak besar yang terletak di tengah. Dipergunakan sebagai alat untuk menggulung hasil tenunan yang baru selesai dikerjakan. Selain itu juga berfungsi untuk menahan ujung benang lusi yang akan ditenun. Pada bagian ujung dari paso ini dibuatkan sejenis alat yang dapat menggerakkan paso tersebut. Kalau sekiranya hasil tenun ini sudah cukup untuk dijadikan sepotong kain, maka kain yang digulung tersebut sudah dapat dipotong dan dikeluarkan dari gulungan paso itu.
  3. Suri ( sisir ).
    Suri ini karena menyerupai sisir, dinamakan juga sisir. Dibuat dari bahan yang diambilkan dari sejenis pohon aren. Dipergunakan untuk mengatur benang lusi, juga dipergunakan sebagai alat untuk merapatkan benang sesudah proses masuknya benang lusi ke pakan. Suri yang berbentuk sisir ini dipasang menurut lebarnya kain yang akan ditenun, lebarnya kira-kira 1 meter dan tinggi kira-kira 20 cm. Kedalam rongga sisir inilah dimasukkan benang pakan. Setiap helai benang pakan akan masuk kedalam setiap ruangan dari sisir tersebut. Hingga dengan demikian seluruh bagian dari sisir itu akan dilalui oleh benang pakan.
  4. K a r o k .
    Dipergunakan untuk mengatur benang yang terletak diatas dan dibawah. Karok ini digerakkan oleh injak-injak yang terdapat pada bagian bawah. Karok ini ada dua buah, satu untuk mengatur benang lusi yang terletak diatas dan yang satu lagi untuk mengatur benang lusi yang terletak dibawah.
  5. Lenggayan.
    Dibuat dari sebilah bambu atau kayu dalam ukuran kecil,

15