Halaman:Temuan Tim Gabungan Pencari Fakta Peristiwa Kerusuhan Mei 1998.pdf/90

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

Lampiran


  1. Kalau perkosaan massal (dan kerusuhan) itu merupakan peristiwa ‘kebetulan’, bagaimana gejala itu bisa dijelaskan oleh fakta konsentrasi dan kesamaan sasaran dari tindakan tersebut (i.e. warga Tionghoa dalam peristiwa perkosaan massal)?

 Empat pertanyaan di atas sedemikian sentral bagi cara pandang kita. Setiap pernyataan yang mengatakan bahwa peristiwa itu hanyalah ‘kebetulan’ sama sekali tidak punya dasar bukti dan logika apapun. Sebab dan akibat perkosaan massal dan kerusuhan merupakan hasil jaringan rencana dan operasi yang berpola, sistematis dan terorganisir. Dan dengan demikian juga melibatkan para perencana dan pelaku melalui jaringan yang sistematis dan terorganisir.

 Sesudah kejelasan cara pandang dan kesimpulan lugas itu, langkah berikut yang sangat mendesak adalah pembongkaran. Dan aspirasi serta tuntutan untuk membongkar jaringan perencana dan pelaku perkosaan massal serta kerusuhan ini sudah merupakan aspirasi dan tuntutan luas dari sedemikian banyak kelompok-kelompok dalam masyarakat. Dari kelompok-kelompok pengusaha sampai komunitas internasional, dari para petani, buruh sampai para professional kota, dari para intelektual sampai aktivis, dari para pegawai negeri sampai kaum miskin, dari anak-anak sampai para mahasiswa/i.

 7. Fokus Pembongkaran: Jaringan Perencana dan Pelaku

 Sesudah kejelasan pola dan bukti peristiwa, ada satu pertanyaan yang tak mungkin diredam: Apa yang mesti dilakukan terhadap jaringan rencana operasi serta perencana pelaku perkosaan massal (dan kerusuhan) itu? Dilupakan, dipeti-eskan, ataukah dibongkar bersama-sama?

 “Dilupakan” sama dengan ‘dipeti-eskan’. Tetapi bagimana kita bisa melupakan, kalau apa yang terjadi itu telah menjadi peristiwa yang tak terhapus dari sejarah hidup para korban, keluarganya, kerabatnya, saksi mata, dan kita semua? Bagaimana kita bisa melupakan, kalau peristiwa perkosaan massal dan kerusuhan itu telah membentuk ‘ingatan buruk’ tentang hidup bersama kita: menjadi isi rasa takut dan trauma, depresi dan kesepian, keputus-asaan dan bahkan isi imaginasi yang paling hewani dari sekelompok orang? Semua gejala itu sudah merupakan datum (yang terjadi) dari factum (yang dilakukan) dalam hidup bersama

83