Halaman:Temuan Tim Gabungan Pencari Fakta Peristiwa Kerusuhan Mei 1998.pdf/80

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

Lampiran

TABEL 4
Jumlah Korban Perkosaan dan Pelecehan Seksual, Jakarta dan Sekitarnya
Tanggal Perkosaan Perkosaan &
Penganiayaan
Perkosaan &
Pembakaran
Pelecehan
Seksual
Total Jumlah
Korban
13 Mei - 2 3
(semua mati)
4 9
(3 mati)
14 Mei 101 17
(7 mati)
6
(semua mati)
8
(1 mati)
132
(14 mati)
15 Mei - 1 9
(2 mati)
Setelah 15 Mei
sampai 3 Juli
2
(1 mati)
6
(1 mati)
- 1 9
(2 mati)
Total 103
(1 mati)
26
(9 mati)
9
(semua mati)
14
(1 mati)
152
(20 mati)

Sumber: Dokumentasi “Tim Relawan untuk Kemanusiaan”, dari kesaksian para korban, keluarga korban dan saksi mata tentang peristiwa 13-15 Mei 1998.

*Lingkup data ini hanya mencakup wilayah Jakarta dan sekitarnya. Peristiwa perkosaan massal yang terkait dengan kerusuhan juga terjadi di beberapa kota seperti Solo, Medan, Palembang, dan Surabaya. Sampai 3 Juli 1998, telah terhitung 16 kasus perkosaan dari kota-kota tersebut yang dilaporkan kepada ‘Tim Relawan’.

Beberapa catatan Tabel 4:

  • Data ini diperoleh dari laporan para korban, saksi mata dan keluarga korban,
  • Data diperoleh sejauh korban/keluarga korban melapor kepada Tim Relawan,
  • Ketertutupan korban, keluarga, dokter dan rumah sakit (karena tekanan teror) tidak memungkinkan ‘Tim Relawan’ berkomunikasi dengan korban-korban lain yang tidak melapor,
  • Peristiwa perkosaan yang terjadi setelah kerusuhan 13-15 Mei sengaja dimasukkan, dengan pertimbangan bahwa modus operandi perkosaan menunjuk pada kesamaan dengan cara-cara perkosaan massal di seputar kerusuhan.

 Jumlah sebagaimana terlihat dalam Tabel 4 diatas bukanlah jumlah keseluruhan korban, melainkan baru jumlah korban sejauh dilaporkan sampai tanggal 3 Juli 1998.

 Statistik seperti di atas terlalu miskin untuk mengungkapkan peristiwa perkosaan massal yang sudah terjadi. Tetapi, dengan rasa hormat yang mendalam, statistik tersebut kami biarkan tampil agar kita semua mengerti bahwa apa yang disebut sebagai “kerusakan total hidup bersama” kita (hlm. 2) bukanlah sebuah gejala rekaan. Angka-angka statistik yang sangat kering diatas hanyalah abstraksi numerical dari peristiwa yang sesunguhnya berisi rentetan teriakan bengis, ancaman teror, penyiksaan dalam tindak perkosaan, cara mati yang tak terperikan, darah yang membanjir, kehancuran tubuh dan harga diri, pembunuhan masa depan dan harapan, serta kepedihan air mata, kesunyian dan isi memori yang tak tertanggungkan.

73