Halaman:Temuan Tim Gabungan Pencari Fakta Peristiwa Kerusuhan Mei 1998.pdf/55

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

Lampiran

 Atau jika kita menyimak secara teliti berbagai berita kerusuhan di media massa, ketika terjadi pembakaran di berbagai sudut kota, tidak terlihat mobil pemadam kebakaran yang datang memadamkan api. Dengan bukti apa lagi kita bisa mempertanggung-jawabkan semua peristiwa itu sebagai sebuah ‘kebetulan’? Khalayak dan akal sehat sangat sulit menerima dalih ‘kebetulan’ dari peristiwa kerusuhan tersebut.

 Penerimaan oleh rakyat dan akal sehat (serta oleh akal sehat rakyat!) adalah hal yang demikian sentral dalam periode reformasi yang sedang kita mulai. Kita berada dalam sebuah periode bangsa ketika kepemimpinan negara yang baru (siapapun juga jajaran pemimpin baru itu) harus memulihkan kembali kepercayaan rakyat (terhadap pemerintah) yang ada pada titik terendah. Pembongkaran tragedi kerusuhan dan perusakan ini adalah test case besar dalam hubungan rakyat dan pemerintah. Setiap pemerintah baru yang tidak melakukan pembongkaran terhadap tragedi ini akan berhadapan dengan kekuatan rakyat, yang dayanya masih kita saksikan pada hari-hari ini.

 Lebih utama dalam peristiwa itu ialah tragedi kemanusiaan yang makin lama makin terpisah dari kalkulasi hidup politik bangsa ini. Kematian paling sedikit 1.217 bayi, anak dan orang dewasa dalam rentetan peristiwa itu bukan sekedar hilangnya 1.217 nomor KTP dalam sensus penduduk, melainkan kematian massal manusia. Tragedi itu bukanlah bencana alam, melainkan bencana yang lahir dari tindakan biadab manusia. Sekali lagi, ‘manusia’. Dan kematian massal itu adalah bagian dari begitu banyak korban, sebagaimana terlihat dalam Tabel 5 di atas.

 Deretan kejanggalan dan korban seperti terlihat dalam kisah di atas mungkin saja merupakan bagian dari pertarungan politik di negeri ini. Dan mungkin saja dokumentasi sederhana ini akan kena tuduh ‘politisasi’. Bukan politik pertarungan kekuasaan yang menggerakkan kami untuk menyusun dokumentasi ini, melainkan, upaya sederhana untuk menyerukan suara-suara peradaban yang sudah lama tersimpan kelu di mulut massa. Di hadapan kondisi kemanusiaan kita yang jatuh ke titik nadir, kita para warga biasa ingin kembali ke cara hidup bersama yang hormat kepada kemanusiaan dan peradaban. Dan pada hari-hari ini, kami menginginkan pembongkaran terhadap jaringan pelaku dari tragedi kerusuhan yang baru saja terjadi.

48