Halaman:Tata Bahasa Minangkabau.pdf/216

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

196

Bertitik tolak dari hubungan gramatikal klausa yang satu dengan klausa yang lain, kalimat luas dapat dibedakan menjadi dua golongan, yakni (1) kalimat luas yang setara dan (2) kalimat luas yang tidak setara.

5.2.3.4.1 Kalimat Luas yang Setara

Dalam kalimat luas yang setara semua klausa yang ada merupakan klausa inti, tidak merupakan bagian dari klausa yang lain. Klausa yang ada dalam kalimat itu dihubungkan dengan kata penghubung setara. Kata penghubung setara itu adalah dan lagi ‘dan lagi', taruih 'terus', kamudian 'kemudian', atau 'atau', tapi 'tetapi', sadangkan 'sedangkan'. Malainkan 'melainkan', sabaliknyo 'sebaliknya', malahan 'malahan', lagi pulo 'lagi pula', (pu)lo 'pula'. Berikut ini adalah beberapa contoh pemakaiannya.

(121) Atinyo risau, pikirannyo kusuik pulo.
'Hatinya risau, pikirannya kusut pula'.
(122) Atoknyo lah usang, lagi pulo lah tirih.
'Atapnya telah usang, lagi pula telah tiris'.
(123) Nabi Muhammad isra' dari Masjidil Haram ka Masjidil Aqsa, kamudian Mikraj ka langik.
'Nabi Muhammad isra dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, kemudian Mikraj ke langit'.
(124) Anak tu sadang manyumpik buruang atau sadang mainiai balam?
'Anak itu sedang menyumpit burung atau sedang mengintai balam?'
(125) Waang indak sanang jo ambo, tapi waang mintak pilih juo ka ambo.
'Kamu tidak senang dengan saya, tetapi kamu minta uang juga pada saya'.
(126) Inyo taruih bauru-uru ilia mudiak, sadangkan kawannyo baraja samo samo.
'Dia terus berhuru-huru hilir mudik, sedangkan temannya belajar bersama-sama'.

Walaupun (pu)lo terletak di belakang kalimat, fungsinya tetap sebagai kata penghubung, seperti pada kalimat (121).

Kalimat luas yang setara ada juga yang tidak menggunakan kata penghubung.