Halaman:Tao Teh King.pdf/348

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

TAO TEH KING.


patah. Semingkin besar kakoeasa'annja semingkin keras ia menindes pada jang lemah, orang hartawan selaloe berdaja aken tambahin kakaja'annja dengen memèrès pada jang miskin, jang disoeroe bekerdja banting-toelang satengah mati dengen bajaran jang tiba tjoekoep boeat tangsel peroet soepaja tida mati kelaparan. Bangsa jang pinter dan madjoe selaloe tjoerangin pada bangsa jang bodo dan terbelakang, jang ditaloekin dan didjadiken seperti boedak. (Ajat 5-6).

Dari ini oedjar-oedjar orang bisa liat, 25 abad di moeka dari Karl Marx, di Tiongkok soedah moentjoel satoe Socialist jang merasa tida adilnja itoe tjara (Tao) dari manoesia, jang sanget serakah dan ingin hidoep sendiri. Tetapi Lao Tze tida moesoehin pada orang hartawan atawa kapitalist; ia tida tjelah pada orang jang mempoenjai banjak milik; itoe Philosoof Toea sampe mengarti jang manoesia poenja kapinteran, kapandean dan kamadjoean tida sama-rata, dan orang jang pinter moesti bisa dapet lebih banjak dari-pada jang bodo, dan dalem doenia moesti ada Keizer, Radja, pembesar atawa pemimpin bangsa jang memegang kakoeasa'an di dalem seloeroeh karadja'an, negri-negri dan kota-kota, hingga dengen begitoe moesti ada poenja milik djaoe lebih besar dari-pada rahajat jang kabanjakan. Tetapi ia andjoerin soepaja itoe orang-orang jang mempoenjai sanget banjak, jang terlaloe lebih boeat dipake sendiri satjara pantes dan saderhana, soeka goenaken kakaja'annja itoe oentoek kabaekan orang banjak, goena kaselametan dan kamamoeran doenia. Orang jang bisa berboeat begitoe, itoelah tandanja soedah mengenal Tao. (Ajat 7-8).

332