Halaman ini tervalidasi
- Berdasarkan bermacam-macam pendapat dan keterangan seperti tersebut di atas, Seminar tentang Sultan Thaha Syaifuddin yang diadakan di Jambi pada tanggal 13 dan 14 Juni 1978 menyatakan sebagai berikut:
"Timbul dugaan yang kuat bahwa pada waktu terjadi pertempuran di Sungai Aro, Sultan Thaha Syaifuddin dengan panglima-panglimanya melarikan diri dan bersembunyi di beberapa tempat, seperti di Lubuk Landai, Lubuk Nyiur, Sungai Besar dan sebuah talang di dusun Betung Bedarah. Di tempat-tempat itu beliau masih mendapat serangan dari fihak Belnada. Tetapi seperti dalam pertempuran yang terjadi di Sungai Aro, Lubuk Landai dan lain-lain beliau masih sempat menghilang, pergi ke tempat persembunyian yang lain.
Mungkin juga sejak terjadinya pertempuran di Sungai Aro itu, jejak Sultan Thaha Syaifuddin tidak diketahui lagi oleh rakyat umum, kecuali oleh pembantu beliau yang sangat dekat. Cara yang demikian ini mungkin disengaja agar Balanda menduga bahwa Sultan Thaha Syaifuddin sudah meninggal dunia, atau sebaliknya Belanda yang sengaja menyebarkan berita kematian Sultan Thaha Syaifuddin yang sebenarnya masih hidup pada waktu itu.
Oleh karena tahun meninggalnya Sultan Thaha Syaifuddin sudah ditulis dalam buku-buku literatur dengan susunan yang cukup teratur, walaupun sumbernya dari fihak Belanda, yaitu pada tanggal 26 April 1904, dan kuburannya di Muara Tebo, sedangkan sumber lain baru merupakan catatan yang masih perlu diuji, maka pendapat yang mengatakan bahwa Sultan Thaha Syaifuddin meninggal pada tanggal 26 April 1904 dalam pertempuran di Betung Bedarah dan kuburannya di Muara Tebo barangkali patut menjadi pegangan (10,42 dan 43).
Demikianlah kesimpulan Seminar yang diselenggarakan IAIN Sultan Thaha Syaifuddin di Jambi pada tanggal 13 dan 14 Juni 1978 tentang wafatnya Pahlawan Nasional Sultan Thaha Syaifuddin.
89