Halaman:Sultan Thaha Syaifuddin.pdf/88

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi
  1. Staf Batalyon Infantri ke-II
  2. Seperempat Kompi ke-II Batalyon Infantri ke-II
  3. Detasemen artileri pegunungan dengan I pucuk meriam
  4. Setengah Kompi ke-III dari Batalyon Infantri ke-II

Barisan Belakang:

  1. Seperempat Kompi ke-II, Batalyon Infantri ke-II.
  2. Rombongan perbekalan
  3. Pengawalan oleh Kompi I, Batalyon Infantri ke-II.

Dengan formasi seperti tersebut di atas pasukan Belanda itu bergerak terus setiap kali mendesak musuh dengan tembakan salvo. Sampai pukul 3.00 sore pasukan tetap bergerak, meskipun mendapat tembakan dari musuh. Sesudah sampai di sebuah sungai kecil tampaklah oleh gerakan pasukan itu tempat pertahanan musuh. Dari tempat itu pasukan terus menyeberangi sungai yang tepinya mempunyai tinggi 4 sampai 5 meter, sehingga akhirnya sampailah di pondok Benteng.

Di bawah pimpinan Letnan Satu C.H. Ellors dilakukan serangan terhadap benteng pertahanan musuh itu. Benteng ini terdiri dari 2 parit pertahanan yang masing-masing panjangnya 15 meter, terletak di tebing sungai yang tingginya 4 sampai 5 meter. Tepi kiri itu curam, tetapi tepi kanannya rendah.

Setelah melakukan perlawanan yang sengit, musuh melarikan diri dengan meninggalkan seorang mayat. Sedangkan pasukan Belanda kehilangan seorang prajurit dan 2 orang luka-luka (16,p.41).

Demikianlah beberapa catatan fihak Belanda tentang gerakan militer di bawah pimpinan Overste Christan untuk menguasai benteng-benteng pertahanan rakyat di daerah Singkut dan sekitarnya. Dari catatan tersebut ternyata bahwa tidak terdapat seorangpun dari pasukan rakyat yang setia terhadap perjuangan Sultan Thaha Syaifuddin menyerah kepada fihak Belanda, meskipun mereka terpaksa meninggalkan benteng-benteng pertahanannya, karena perlengkapan persenjataan yang tidak seimbang. Pendudukan militer Belanda atas suatu daerah di pedalaman Jambi tidak berarti bahwa perlawanan rakyat yang digerakkan Sultan Thaha Syaifuddin di daerah itu telah berakhir. Setiap ada kesempatan mereka tetap melakukan serangan, baik terhadap patroli-patroli maupun terhadap tempat-tempat kedudukan militer Belanda itu sendiri. Karena

83