Halaman:Sultan Thaha Syaifuddin.pdf/82

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

kesukaran pengangkutan itu, maka datangnya pasukan ke Surolangun tidak serempak, melainkan sekelompok demi sekelompok. Pada tanggal 31 Juli 1901 semua pasukan sudah sampai di Surolangun.

Pasukan-pasukan Sultan Thaha yang berkedudukan di Singkut menyambut pasukan Belanda yang baru datang dari Palembang itu dengan tantangan. Di pagi hari ketika kelompok pertama dari Batalyon Kedua datang dilancarkan beberapa kali tembakan ke arah tempat penampungan pasukan tersebut, dengan tujuan memancing mereka keluar untuk menerima surat yang diletakannya di jalan. Dalam surat itu dinyatakan bahwa apabila pasukan Belanda tidak datang di Singkut dalam waktu seminggu, maka mereka akan datang ke Surolangun (16, p.36).

Ancaman tersebut di atas mendorong fihak Belanda untuk segera mengumpulkan informasi tentang keadaan Singkut. Berita-berita yang diterima menyatakan bahwa rakyat telah membuat rintangan-rintangan di jalan Batang Asai dekat Singkut. Rintangan-rintangan itu dibuat dari tanah. Kekuatan pengikut Sultan Thaha Syaifuddin di Singkut kira-kira berjumlah 1000 orang, yang sebagian besar datang dari Batang Asai dan Bathin V di bawah pimpinan seorang yang bernama Tuan Bajang yang diberitakan berilmu kebal dan memiliki kekuatan besar.

Mendengar informasi tersebut komandan militer beranggapan bahwa dalam keadaan seperti itu pengiriman pasukan ke Singkut hanya dapat dilakukan apabila ada kesempatan untuk membuat tempat kedudukan di sana. Agar maksud itu terlaksana ia mengirimkan kawat ke pusat agar dikirimkan lagi 2 kompi pasukan orang-orang hukuman yang diperlukan.

Kompi-kompi yang diminta komandan militer itu segera diberangkatkan dari Semarang tanggal 12 Agustus 1901 dan sampai di Palembang tanggal 14 Agustus 1901. Sebelumnya kapal yang mengangkut pasukan itu telah membawa 200 orang hukuman kerja paksa dari Batavia ke Palembang.

Untuk mengatur pengangkutan pasukan itu ke Surolangun, komandan militer daerah datang ke Palembang. Komando atas pasukan itu dipercayakan kepada Kapten Kisjes. Sesudah itu komandan militer mengirimkan kawat ke pusat lagi agar dikirimkan kompi terakhir dengan cara yang sama,

77