Halaman:Sultan Thaha Syaifuddin.pdf/80

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi
  1. Gerakan patroli harus disertai oleh kontrolur atau satu dua orang kepala yang ditunjuk.
  2. Dalam pelaksanaan apa yang tersebut di atas harus diingat bahwa kalau dijumpai lapangan tertutup semua ketentuan keamanan harus dijalankan dengan ketat.
  3. Harus diperingatkan kepada semua anggota pasukan agar mereka hati-hati dengan air minum (16, p. 33 dan 34).

Pada tanggal 4 Juli 1901 Belanda mengirimkan satu Detasemen di bawah pimpinan Kapten Van Delden untuk menyelidiki kebenaran berita bahwa di jalan baru Singkut orang-orang Jambi, anak buah Sultan Thaha Syaifuddin telah membuat rintangan dan tempat pertahanan yang kuat.

Detasemen tersebut berkuatan seorang kapten, seorang letnan dua, seorang pembantu letnan, 3 orang perwira bawahan pribumi, 21 kopral dan bawahannya, 76 kopral pribumi dan bawahannya, satu ambulans dengan perwira kesehatan, serta anak buahnya, dan 4 peti amunisi serap.

Pasukan tersebut dibagi menjadi seksi-seksi yang bergerak paling depan dan merupakan perintis terdiri dari 6 orang juru tembak. Kemudian disusul oleh:

Seksi pertama: Pasukan depan
Seksi kedua: Pasukan induk, dan
Seksi ketiga: Pasukan belakang

Adapun ambulanse dan kepala-kepala pribumi berada di belakang seksi kedua. Sampai pukul 9.00 gerakan pasukan Belanda itu tidak mengalami perlawanan. Kemudian dijumpai tiga buah rintangan yang dibuat dari batang-batang pohon. Rintangan kedua dijaga oleh pasukan rakyat yang mengundurkan diri setelah menembaki pasukan depan Belanda itu. Di dekat sungai Singkut gerakan pasukan Belanda itu berhenti, kemudian membuat stelling berbentuk segi empat. Mereka ini masih dihujani dengan tembakan-tembakan. Dalam perjalanan pulang, pasukan depan Belanda ditembaki dengan hebat dari pinggir-pinggir hutan dalam jarak antara 30 sampai 40 meter, sehingga seorang juru tembak Belanda meninggal dan 2 orang lainnya luka-luka.

Pasukan yang menghadang patroli militer Belanda di jalan

75