Halaman:Sultan Thaha Syaifuddin.pdf/78

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

waktu dan pikirannya kepada pelaksanaan aksi terhadap perlawanan rakyat yang dimotori oleh Sultan Thaha Syaifuddin. Selain itu permohonan residen untuk tidak memperlakukan artikel 7 dan 12 dari instruksi pimpinan militer pusat bagi komandan militer Palembang/Jambi dipenuhi, sehingga dengan demikian komandan militer dapat mengambil keputusan sendiri dengan lebih leluasa (16, p.31).

Sebelum mulai melangkah pasukan untuk menyerbu ke daerah-daerah pertahanan pasukan Sultan Thaha Syaifuddin di pedalaman Jambi, komandan militer terlebih dahulu mengumpulkan informasi-informasi dari mata-mata yang telah disebarkannya.

Informasi yang telah diperoleh komandan militer pada bulan Juni 1901 antara lain ialah:

  1. Pada tanggal 6 Juni Kontrolur memberitahukan bahwa 500 pasukan Sultan Thaha Syaifuddin yang berasal dari tepian Sungai Batanghari pada malam tanggal 6 Juni itu akan menyerbu bivak atau pos militer Belanda.
  2. Pada tanggal 12 Juni diperoleh informasi bahwa 1000 pasukan rakyat akan menyerbu kampemen atau tangsi Belanda.
  3. Pada tanggal 16 Juni diterima berita bahwa lebih kurang 300 orang pasukan rakyat mendarat tidak jauh dari dusun Panjaringan dengan tujuan menyerang kampemen, tetapi dengan serta merta mereka mengurungkan niatnya itu (16, p.31).
  4. Pada tanggal 20 seorang mata-mata mengirim kabar bahwa di Pondok Benteng yang terletak di pertengahan Singkut dan di Sungai Tembesi dekat Ladang Panjang sebelah hilir didirikan benteng-benteng pertahanan.
  5. Pada tanggal 23 Juni disampaikan oleh mata-mata bahwa orang-orang Tembesi Hulu dan Batanghari Hulu yang berkumpul di Surolangun dengan persenjataan sangat sedikit hanya bertujuan menghalang-halangi kapal Tamiang.
  6. Pada tanggal 24 Juni mata-mata yang dikirim ke Batang Asai kembali dengan membawa berita bahwa Pondok Benteng memang sangat diperkuat. Benteng pertahanan ini dikelilingi dengan dinding tanah 2 depa, panjang 50 depa, dan tingginya 1 depa. Benteng tersebut dijaga oleh 100 orang dengan 50 pucuk senapan yang bertujuan untuk menunggu kedatangan pasukan Belanda guna melaksanakan perlawanan. Depati Amid dari Tiga Dusun yang pro kepada Belanda memberikan berita tertulis kepada mata-mata Belanda itu bahwa penduduk Lubuk Resam merencanakan akan berbaris ke tapal batas.
    Depati itu memperingatkan fihak Belanda agar jalan baru dari Singkut ke Surolangun dijaga. Diberitahukan pula bahwa 400 orang dari Batang Asai ingin menebus kekalahan mereka di dekat Surolangun tanggal 30 Mei yang lalu dan bahwa untuk itu mereka telah mengadakan sedekahan. Kepada mereka akan bergabung 100 orang dari pondok Benteng (16, p.34).

73