Halaman:Sultan Thaha Syaifuddin.pdf/45

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

kayu yang sengaja dibuat untuk itu (11, p. 19).

Adanya serangan yang terus-menerus dari rakyat menyebabkan Belanda mencoba untuk memperkuat kedudukannya dengan jalan:

  1. Memberikan keris "Singmarjaya" kepada Sultan yang diangkatnya, guna mengimbangi keris "Si Ginjai" yang dimiliki oleh Sultan Thaha Syaifuddin. Maksudnya agar semangat juang Rakyat Jambi yang berada di bawah kekuasaan "Sultan Boneka" itu meningkat.
  2. Memasukkan daerah Jambi ke dalam wilayah kekuasaan langsung Residen Palembang dengan ketentuan supaya Jambi ditaklukkan seluruhnya.

Untuk menghadapi tindakan Belanda itu Sultan Thaha Syaifuddin berusaha menghimpun seluruh kekuatan rakyat. Untuk ini beliau memanggil semua Pangeran dan Panglima-panglima serta tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh untuk mengadakan musyawarah di Bukit Pesajian Rajo, Muara Tebo.

Musyawarah tersebut telah menghasilkan beberapa keputusan:

  1. Supaya rakyat mengadakan persiapan bahan makanan yang cukup.
  2. Peserta musyawarah tidak akan menyerah kepada Belanda yang dianggapnya kapir itu.
  3. Peserta musyawarah tidak akan berkhianat terhadap tanah air dan teman seperjuangannya sendiri.
  4. Menyerang Belanda tidak perlu menunggu kumando lagi; bertemu dengan Belanda teruslah diserang.
  5. Membuat benteng pertahanan di mana-mana (8, p. 45).

Tidak lama sesudah diselenggarakannya musyawarah di Bukit Pesajian itu di mana-mana didirikan benteng pertahanan Rakyat. Asal ada kesempatan rakyat menyerang Belanda, sehingga di mana-mana terjadilah perlawanan rakyat umum terhadap Belanda. Di antara benteng-benteng perlawanan rakyat yang sangat termashur ialah:

  1. Benteng Singkut
  2. Benteng Pelawan
  3. Benteng Tanjung
  4. Benteng Lumbur Merangin

40