Halaman:Sultan Thaha Syaifuddin.pdf/30

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Sultan Thaha memang sangat mencitai rakyatnya, akan tetapi sebaliknya beliau sangat benci terhadap penjajah Belanda yang disebutnya sebagai golongan kafir (17, p. 5). Diceriterakan bahwa pada suatu hari datanglah perutusan Belanda hendak menghadap Sultan Thaha. Sultan tidak bersedia menerima perutusan Belanda itu. Hanya perdana mentri yang diperintahkan untuk menemuinya. Sesudah perutusan Belanda meninggalkan tempat pertemuan itu, Sultan memerintahkan menyiram jalan yang telah dilalui perutusan Belanda itu dengan air yang telah dibacakan surat Yasin. Daerah sungai Arau (Rantau Panjang), pernah juga disiram dengan air Yasin sesudah dilaui orang Belanda (11, p. 10). Demikianlah kebencian Sultan Thaha terhadap penjajah Belanda.

Karena tidak menginginkan harta benda kerajaan yang jatuh ke tangan Belanda, Sultan Thaha pernah memerintahkan untuk memasukkan harta kerajaan ke dalam suatu kolam ke dalam sungai Pasir. Menurut Ratu Mas Maryam, putri beliau yang masih hidup, harta kerajaan itu sampai sekarang masih ada, karena orang tidak berani membongkar kolam yang dianggapnya keramat.

Demikian besarnya kecintaan Rakyat terhadap Sultan Thaha sehingga beliau dianggap orang keramat yang dapat berubah-ubah warna makanya sampai tiga kali sehari. Penghormatan rakyat yang tinggi, bahkan sampai berlebih-lebihan seperti tersebut di atas menggambarkan betapa kokohnya pribadi Sultan Thaha dan betapa dalamnya ilmu beliau dalam bidang agama.

Sebagai pemimpin Masyarakat, Sultan Thaha terjun sebagai anggota masyarakat, dan ikut bekerja dengan rakyat. Sultan juga ikut bergotong royong dengan rakyat yang dalam bahasa Jambi disebut berselang. Beliau juga ikut menangkap ikan bersama-sama rakyat yang dalam bahasa Jambi disebut baharang.

Hampir semua kegiatan masyarakat diikuti Sultan Thaha secara aktif. Itulah sebabnya beliau sangat disayangi rakyatnya, sehingga diceritakan bahwa ketika diadakan pesta perkawinan putra Sultan Thaha di Sungai Aro, dirayakan rakyat selama tujuh bulan. Makanan dan minuman disediakan oleh rakyat dengan suka rela.

Semua keputusan yang akan diambil Sultan Thaha selalu

25