Halaman:Sultan Thaha Syaifuddin.pdf/29

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Keluarga Sultan Thaha Syaifuddin sebagai keturunan penyiar agama Islam sangat kuat memegang syariat Islam. Keadaan demikian mewarnai kehidupan mereka sehari-hari yaitu hidup sederhana, bersifat pemurah dan kasih sayang terhadap rakyat. Pantulan sinar keagamaan yang kuat dalam kehidupan keluarga Sultan Thaha Syaifuddin itu sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan rakyat pada waktu itu, sehingga ungkapan adat bersendikan syarak dan syarak bersendikan Kitabullah (Al-Qur'an) benar-benar hidup dalam masyarakat Jambi di bawah pimpinan Sultan Thaha (10, p. 17).


C. KEPERIBADIAN SULTAN THAHA SYAIFUDDIN

Sudah disebutkan di muka bahwa sejak kecil Sultan Thaha Syaifuddin telah memperlihatkan kecerdasan dan ketangkasan serta rendah hati dan suka bergaul dengan rakyat biasa. Beliau mempunyai sifat pemurah, suka bermusyawarah, berani dan bertanggung jawab. Ketaatannya menjalankan perintah agama dan menjauhi larangan-larangannya sudah tertanam sejak usia muda (10, p. 15).

Setelah dewasa Sultan Thaha bercita-cita untuk menyebarkan agama Isam dan mencerdaskan rakyatnya. 8eliau berpendapat bahwa rakyat harus diberi pendidikan dan bimbingan dengan ajaran Islam.(10, p. 15).
Karena sikap dan sifat Sultnan Thaha seperti yang telah disebutkan itu maka jiwanya selalu dekat dengan rakyat dan rakyatpun sangat cinta kepadanya.

Kecintaan rakyat terhadap beliau itu nampak apabila beliau berkunjung ke daerah-daerah. Rakyat di setiap daerah yang mendengar berita bahwa daerahnya akan dikunjungi Sultan Thaha serta merta menyiapkan kiding (sebangsa ayaman dari rotan, bambu dan daun pandan) berisi padi untuk dihadiahkan kepada Sultan. Rakyat di dusun-dusun merasa rindu apabila Sultan Thaha lama tidak mengunjungi daerahnya. Kerinduan mereka itu kadang-kadang diungkapkan dalam pantun berbunyi:

Asam payo buah di hutan
Batang limau berduri-duri
Habis dayo mencari Sultan
Sultan dilindungi matahari (10, p. 15).

24