Raden Penalis gelas Sultan Abdul Muhyi (Sultan Sri Ingalogo 1669 – 1694 M.) yang merupakan keturunan dari Ahmad Salim gelar Datuk Paduko Berhalo, penyebar agama Islam yang mula-mula di Jambi sejak tahun 1460 M. (10, p. 10).
Dari fihak ibunya Sultan Thaha adalah keturunan Arab. Ada yang mengatakan keturunan Siti Maryam, ada lagi yang mengatakan keturunan Siti Fatimah anak Syah Bafadal Magatsari Jambi (10, p. 10).
Sejak usia antara lima atau enam tahun Sultan tidak hanya dididik dalam membaca Al Qur'an dan ilmu-ilmu keagamaan (Islam) melainkan juga ilmu-ilmu keterampilan dan bela diri, seperti berlatih menunggang kuda, menembak, memanah di atas kuda yang sedang berlari, kesenian, adat-istiadat dan ilmu-kubu atau guna-guna (10, p. 11).
Karena kecerdasannya dan ketangkasannya dengan mudah Sultan Thaha menangkap segala pelajaran yang diberikan oleh guru-gurunya di Jambi. Meskipun demikian beliau belum merasa puas dengan ilmu-ilmu yang telah diperoleh itu. Beliau ingin menuntut ilmu yang lebih banyak. Untuk itu Sultan Thaha kemudian meninggalkan Jambi menuju Aceh guna menambah pengetahuan beliau dalam ilmu-ilmu keagamaan dan pengetahuan umum. Seperti kita ketahui Aceh merupakan daerah di Indonesia yang kuat berpegang teguh kepada agama Islam di samping daerah Sumatra Barat dan Banten.
Di Aceh Sultan Thaha tinggal selama dua tahun. Ketika beliau hendak pulang ke Jambi oleh Sultan Aceh diadakanlah upacara pelepasan yang ditandai dengan pemberian gelar "Syaifuddin" kepada beliau. "Syaifuddin berasal dari bahasa Arab yang dapat diterjemahkan dengan "Pedang Agama" (10, p. 11).
Dengan memberikan gelar seperti tersebut di atas Sultan Aceh mengharapkan agar Sultan Thaha di kelak kemudian hari akan merupakan tokoh yang senantiasa berjuang untuk membela kepentingan agama. Dalam kesempatan upacara pelepasan itu pula Sultan Aceh berpesan sebagai berikut:
"Nenek moyang kita telah menggariskan politknya untuk menegakkan dan mengembangkan agama Islam terus-menerus, agar
21