Lompat ke isi

Halaman:Sultan Thaha Syaifuddin.pdf/22

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Istro Ingalogo berhasil. Kompeni Belanda menutup kantor dagangnya di Muara Kumpeh (8, p. 36).
Sejak ini VOC telah meninggalkan kantor dagangnya itu untuk selama-lamanya. Ketika VOC dibubarkan pada tahun 1799 dan semua hartamiliknya harus diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda, hanya Palembang satu-satunya tempat pemukiman Belanda (VOC) di Sumatra (21, p. 30).

Meskipun pemerintah Hindia Belanda sampai tahun 1833 tidak mempunyai persoalan apa pun dengan Jambi, namun rakyat Jambi tetap bersikap permusuhan terhadap Belanda. Dalam ekspedisi melawan Kesultanan Palembang (1819 – 1821) Sultan Palembang dibantu secara intensif oleh Sultan Jambi dalam menentang Pemerintah Hindia Belanda (21, p. 30).

Pada pertengahan tahun 1833 Komisaris Jenderal Van Den Bosch datang di Sumatra untuk melaksanakan rencananya menduduki pantai barat maupun timur Sumatra, terutama muara-muara sungainya, agar dengan demikian dapat menguasai perdagangan daerah pedalaman (21, p. 30). Pada waktu itu yang menjadi Sultan Jambi ialah Sultan Muhamad Fakhruddin yang terkenal dengan nama Sultan Keramat karena kesalehannya dan ketaatannya terhadap agama serta banyak usahanya memajukan agama Islam di Jambi. Sultan ini juga sangat tidak senang kepada Belanda, karena mengetahui politik Belanda yang menguntungkan diri semata. Sultan Muhamad Fakhruddin berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengusir orang Belanda lebih-lebih setelah ia mengetahui perbuatannya yang sewenang-wenang terhadap Sultan Palembang, yaitu menurunkan Sultan Najamuddin, Sultan yang syah dan menggantikannya dengan Sultan Badaruddin pada tahun 1819 (11, p. 7).

Sultan Fakhruddin segera bangkit memimpin rakyat Jambi menentang Belanda. Di mana-mana terjadi penculikan terhadap orang-orang Belanda dengan maksud menimbulkan kepanikan. Dalam perlawanan ini Sultan Fakhruddin mendapat bantuan dari bangsawan-bangsawan Palembang yang melarikan diri ke Jambi. Pada tahun 1833 itu juga Sultan Fakhruddin mengadakan serangan terhadap kedudukan Belanda di Sorolangun Rawas.

Belanda yang memiliki persenjataan lebih lengkap segera melakukan serangan balasan. Di bawah pimpinan Let. Kol.

17