Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/74

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

juga yang akan kami uraikan nanti, setelah "Perjanjian Bungaya" ditanda-tangani pada tanggal 18 Nopember 1667 benteng ini diambil dan ditempati oleh orang-orang Belanda. Oleh orang-orang Belanda benteng ini dirubah namanya menjadi "Fort Rotterdam". Sekarang benteng ini kembali lagi kepada nama aselinya, yakni "Benteng Ujung Pandang". Jadi benteng ini adalah benteng aseli kerajaan Gowa. Hanya setelah diambil dan ditempati oleh orang-orang Belanda, diadakan perombakan secara besar-besaran, terutama rumah-rumah di dalam benteng itu. Dewasa ini benteng Ujung Pandang sudah dipugar kembali dan dijadikan Pusat Kebudayaan untuk Propinsi Sulawesi-Selatan. Untuk membangun benteng-benteng dan kubu-kubu pertahanan yang banyak bertebaran di seluruh wilayah kerajaan Gowa tentu saja harus dikerahkan tenaga yang banyak jumlahnya. Tenaga ini diambilkan dari rakyat negeri-negeri atau daerah-daerah yang dikalahkan dan ditaklukkan oleh kerajaan Gowa.

Karaeng Tunipalangga yang mula-mula melazimkan "kompaka" (bahasa Makasar·: ampalek kompaka), artinya meresmikan pemakaian alat musik atau bunyi-bunyian yang disebut kompa', membuat babu' (= sejenis baju), memperkecil perisai besar, menyuruh menuang atau membuat peluru Palembang (yakni sejenis bedil panjang pada zaman dahulu). Seperti sudah dikatakan di depan tadi, tiap-tiap bagian itu mempunyai pemimpin atau kepala yang disebut "Anrong-Guru". Tegasnya, banyak usaha-usaha perbaikan dan usaha-usaha kemajuan yang diupayakan orang pada jaman pemerintahan Karaeng Tunipalangga.

Di dalam Patturioloang disebutkan bahwa kepada Karaeng Tunipalangga datang seorang Jawa yang disebut Ana'koda Bonang meminta izin bertempat tinggal di kerajaan Gowa. (Di dalam bahasa Makasar: Iatommi napappalakki empoang Jawa nikanayya Ana'koda Bonang, artinya: Dialah juga yang dimintai tempat tinggal oleh orang Jawa yang disebut Ana'koda Bonang. Jawa di sini mungkin berarti jaba atau jobo yang artinya dari luar atau asing. Jadi belum tentu orang Jawa dari pulau Jawa seperti yang kita kenal sekarang. Misalnya: kanre-Jawa yang berarti kue-kue, kanre-jawa = makanan-Jawa atau dari luar). Jadi pada jaman pemerintahan Karaeng Tunipalangga datang seorang asing (dari luar Sulawesi-Selatan) yang bernama Nakhoda Bonang menghadap baginda untuk memohon agar mereka di-

60